Bisnis.com, JAKARTA – PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. atau GoTo mengumumkan rencana akan melaksanakan pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan perolehan dana maksimal Rp17,99 triliun.
Dengan demikian, nilai IPO GoTo menjadi yang kedua terbesar di BEI. Rekor IPO dengan nilai terbesar masih dipegang PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) sejumlah Rp21,9 triliun. Pada 6 Agustus 2021, BUKA mencatatkan saham perdana di BEI sebanyak 25,77 miliar saham di harga IPO Rp850.
Yang menarik dari gelaran IPO ini, GoTo menunjuk 'bandar' untuk melakukan stabilisasi harga.
"Sehubungan dengan penawaran umum perdana saham, emiten bersama-sama penjamin emisi efek berencana untuk melakukan stabilisasi harga dengan menerapkan opsi penjatahan lebih," tulis manajemen GoTo dalam prospektusnya, hari ini, Selasa (15/3/2022).
Disebutkan juga, yang bertindak sebagai bandar untuk GoTo adalah PT CGS-CIMB Sekuritas Indonesia. Perusahaan broker ini dibekali modal 7,8 miliar lembar untuk melakukan stabilisasi harga saham GoTo.
Terkait hal tersebut, Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, prospek IPO GoTo masih akan positif seiring dengan euforia pasar yang masih tinggi. Hal ini juga didukung dengan upaya GoTo dalam melakukan stabilisasi harga dengan menunjuk ‘bandar’ dan menawarkan jumlah saham publik yang hanya sedikit.
Baca Juga
Menurutnya, kebijakan ini akan memberikan rasa aman kepada para calon investor yang berminat. Stabilisasi harga ini diharapkan dapat mengendalikan koreksi yang nantinya akan terjadi.
“Setidaknya jika nanti harga sahamnya turun, koreksinya tidak separah yang terjadi pada BUKA (PT Bukalapak.com Tbk). Tetapi, ini akan kembali pada penerapannya, apakah benar-benar dijalankan atau tidak,” jelasnya saat dihubungi, Selasa (15/3/2022).
Ia melanjutkan, prospek pergerakan saham GoTo nantinya kurang lebih sama dengan saham-saham IPO pada umumnya. GoTo kemungkinan akan menguat di hari pertama dan pergerakan setelahnya akan bergantung pada pasokan dan permintaan dari pelaku pasar.
“Oleh karena itu, meski prospeknya masih menarik, investor disarankan untuk tidak terlalu euforia dan belajar dari kejadian di saham BUKA bahwa tren itu akan ada akhirnya,” pungkasnya.