Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Merah, Tertekan Yield Treasury AS dan Invasi Rusia

Nilai tukar rupiah melemah 0,09 persen atau 13 poin terhadap dolar AS ke Rp14.314 per dolar AS pada pukul 09.18 WIB.
Uang dolar dan rupiah di salah satu money changer di Jakarta, Rabu (16/2/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Uang dolar dan rupiah di salah satu money changer di Jakarta, Rabu (16/2/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah dibuka melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan pekan ini, Senin (14/3/2022).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah melemah 0,09 persen atau 13 poin terhadap dolar AS pada pukul 09.18 WIB. Rupiah bergerak ke Rp14.314 per dolar AS.

Sepanjang tahun berjalan rupiah sudah melemah 0,36 persen. Indeks dollar AS juga menguat 0,05 persen atau 0,052 poin ke level 99.235 pada pukul 09.26 WIB.

Berdasarkan data worldgovernmentbonds.com, CDS 5 tahun Indonesia per 10 Maret 2022 ada di level 111,39. Posisi tersebut mengindikasikan probabilitas default atau gagal bayar sebesar 1,86 persen.

Seperti diketahui, level CDS yang semakin rendah menunjukkan ekspektasi risiko investasi yang semakin rendah pula pada instrumen surat utang suatu negara, dalam hal ini untuk surat utang Indonesia dalam denominasi rupiah.

Sementara itu, imbal hasil surat utang negara (SUN) Indonesia seri acuan 10 tahun berada di level 6,87 persen. Selama sebulan terakhir, imbal hasil SUN Indonesia telah melemah sebesar 29,2 basis poin.

Direktur Avrist Asset Management (Avrist AM) Farash Farich menjelaskan, pelemahan CDS dan imbal hasil SUN terhadap pasar obligasi Indonesia cenderung tidak merata.

Farash memaparkan, secara year to date, pasar obligasi terlihat masih mencatatkan net inflow asing. Meski demikian, yield surat berharga negara atau SBN Indonesia cenderung mengalami kenaikan, yang mengindikasikan meningkatnya risiko.

"Imbal hasil SBN dan korporasi rupiah masih sangat tinggi karena inflasi saat ini masih rendah," jelasnya.

Menurutnya, kenaikan pelemahan imbal hasil SBN Indonesia utamanya ditopang oleh kenaikan yield obligasi AS atau US Treasury. Sentimen ini membuat daya tarik obligasi di emerging market menurun dan investor asing lebih memilih masuk ke US Treasury.

Sebelumnya, Pengamat pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah masih bisa berpotensi bergerak di kisaran Rp14.300, sementara resisten di kisaran Rp14.380.

Ariston mengatakan, pergerakan rupiah terhadap dolar AS saat ini masih terkait dengan perkembangan invasi Rusia.

Menurutnya, invasi ke Ukraina belum ada kata usai dari Rusia. Sanksi ekonomi terhadap Rusia dari negara barat dan sekutunya juga bertambah.

AS memberlakukan larangan impor minyak mentah dan gas dari Rusia. Menurut Ariston, hal ini membuat situasi masih panas dan sentimen pasar bisa berbalik.

Sementara dari dalam negeri, sikap pemerintah yang mulai mempersiapkan perubahan dari pandemi ke endemi menjadi sentimen positif ke rupiah. Pelonggaran aktivitas membantu pemulihan ekonomi dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper