Bisnis.com, JAKARTA — Grup konglomerasi Astra, PT Astra International Tbk. (ASII), berencana berinvestasi di energi terbarukan (renewable energy) dan new economy digital pada 2022 seiring dengan posisi dana kas perseroan yang masih solid.
Head of Corporate Investor Relations Astra International Tira Ardianti menuturkan perseroan memiliki anggaran capital expenditure (capex) sebesar Rp19 triliun untuk dibelanjakan pada 2022, jauh lebih tinggi dari realisasi pada 2021 senilai Rp9 triliun.
"Angka Rp19 triliun ini belum termasuk jika nantinya ada investasi yang cukup besar yang dapat direalisasikan oleh perusahaan, sebagaimana diketahui memang posisi kas dan setara kas pada akhir tahun lalu masih solid angkanya sekitar Rp63,9 triliun," katanya kepada Bisnis, Rabu (9/3/2022).
Tira menegaskan posisi kas yang kuat memberikan fleksibilitas perusahaan berinvestasi di bisnis-bisnis yang bisa memberikan potensi pertumbuhan pendapatan dan laba bagi Grup Astra dalam jangka panjang. Menurutnya, banyak sektor yang tengah diperhatikan, dipelajari, dan dieksplorasi.
Adapun, Astra memantau sektor-sektor yang masih memiliki ruang pertumbuhan yang tinggi di Indonesia dengan penetrasi yang masih rendah dan masih dapat bertumbuh.
"Di antara sektor-sektor yang ada, kami juga melihat investasi-investasi bersifat ekonomi hijau seperti pada renewable energy dan juga investasi pada new economy, karena pertumbuhannya beberapa tahun ini sangat signifikan dan masih ada potensi pertumbuhan yang lebih baik lagi ke depannya seiring dengan meningkatnya digitalisasi dan kemajuan teknologi," urainya.
Baca Juga
Tira menegaskan sektor-sektor tersebut masih dieksplorasi dan bukan tidak mungkin dengan posisi kas yang kuat membuat Astra masuk dan berinvestasi di sektor tersebut.
"Dengan posisi keuangan yang kuat ini memberikan kesempatan bagi Astra mengeskplor pada bisnis-bisnis yang bisa menunjang pertumbuhan berkelanjutan di grup Astra," katanya.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian, pendapatan bersih Grup Astra pada 2021 tercatat sebesar Rp233,5 triliun, meningkat 33 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro menuturkan pendapatan tersebut hanya terpaut 1,6 persen lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2019. Selanjutnya, laba bersih mencapai Rp20,2 triliun atau 25 persen lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2020.
Sebagai catatan, Astra memperoleh keuntungan dari penjualan sahamnya di Bank Permata pada 2020, dan jika tidak memperhitungkan keuntungan dari penjualan saham Bank Permata tersebut, laba bersih Grup pada tahun 2021 meningkat 96 persen.
"Grup mencatatkan kinerja yang baik pada 2021, terutama didorong oleh peningkatan penjualan di divisi otomotif, yang didukung oleh insentif pajak barang mewah sementara dari Pemerintah, dan harga komoditas yang lebih tinggi," urainya, Jumat (25/2/2022).
Hal ini terutama disebabkan pelonggaran upaya pencegahan pandemi, yang mendorong kinerja yang lebih baik dari semua bisnis Grup Astra, khususnya divisi otomotif, alat berat dan pertambangan, serta jasa keuangan.