Bisnis.com, JAKARTA – Saham dinilai masih menjadi salah satu instrumen investasi yang menarik ditengah lonjakan signifikan jumlah investor aset kripto.
Berdasarkan data terakhir yang dikemukakan oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia per Desember 2021 lalu jumlah investor cryptocurrency di Indonesia telah mencapai 11 juta orang atau mengalami kenaikan hingga 100 persen dari tahun 2020 yang baru mencapai lima juta orang.
Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dari jumlah investor pasar modal. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor pasar modal sudah mencapai angka 7,86 juta investor per akhir Januari 2022.
Jumlah ini mencatatkan kenaikan 5 persen secara bulanan dari posisi akhir Desember 2021 yang sebesar 7,45 juta.
Terkait hal tersebut, Presiden Direktur BCA Sekuritas Mardy Sutanto mengatakan, pada dasarnya setiap investor, baik institusi maupun retail, yang bertanggung jawab pasti memiliki parameter risiko and return masing-masing.
“Ada yang senang high risk and higher return, namun banyak juga yang low risk and lower return. Atau kombinasi diantara kedua paham dasar ini,” jelasnya saat dihubungi pekan ini.
Baca Juga
Dengan parameter tersebut, maka setiap investor mempunyai beragam opsi investasi, mulai dari kripto, saham, obligasi, emas, properti, dan lainnya.
Menurutnya, saat ini aset kripto memiliki jumlah investor yang lebih banyak karena berbagai dimensi investasi yang menarik bagi para investor tersebut. Meski demikian, bila dilihat dari sisi fitur, Mardy meyakini saham masih menjadi instrumen yang unggul.
Ia mengatakan, salah satu kelebihan instrumen saham adalah potensi capital gain yang cukup besar. Selain itu, investor juga berpotensi menerima penerimaan dari dividen secara tunai dan berkala.
“Disamping itu transaksi jual dan beli saham sangat efisien dalam konteks perpajakan yang final,” lanjutnya.