Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara global melonjak di kisaran US$400 per ton akibat adanya konflik geopolitik Rusia dan Ukraina. Hal tersebut juga memicu kenaikan harga batu bara domestik menebus ke kisaran US$155 per ton.
Sejumlah analis JPMorgan, Sumedh Samant, Henry Wibowo, dan Ajay Mirchandani mengatakan bahwa kenaikan harga batu bara global karena ketidakpastian pasokan batu bara thermal dari Rusia yang menyumbang 15 persen seluruh pasokan global dengan kadar kalori tinggi.
Sementara itu, kenaikan harga di Indonesia, dengan batu bara kadar kalori lebih rendah, meskipun terbatas, terjadi karena keterbatasan pengganti dan permintaan impor yang terbatas dari China.
“Kami yakin harga batu bara Indonesia masih bisia naik lebih tinggi karena banyak pembeli yang akan mengganti ke batu bara dengan kadar kalori lebih rendah untuk mengurangi biaya dan mencampurnya dengan batu bara berkalori tinggi,” ungkap Tim Riset JPMorgan, dikutip Minggu (13/3/2022).
JPMorgan juga meyakini bahwa permintaan yang akan datang akan membantu menyerap peningkatan volume ekspor Indonesia pada 2022 sebesar 12-15 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Kami juga memperkirakan bahwa adanya lonjakan harga di Newcastle baru akan kembali normal pada kuartal II atau kuartal III tahun ini karena pasokan batu bara kalori tinggi dari Australian akan kembali setelah cuaca dan ketersediaan tenaga kerja membaik,” jelas JP Morgan.
Baca Juga
Namun, JP Morgan masih memperkirakan harga batu bara thermal akan stabil pada tingkat tinggi sepanjang 2022 karena risiko geopolitik masih menjadi pendorong utama permintaan batu bara untuk substitusi dari gas.
Adapun, saham pilihan JPMorgan di antaranya PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), PT Bukit Asam Tbk. (ADRO) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG).
JP Morgan menyematkan rekomendasi overweight untuk saham ADRO dengan target harga Rp3.200 setelah mencatatkan pendapatan yang kuat pada 2021, naik 45 persen dan menargetkan kenaikan produksi batu bara hingga 12 persen dari tahun sebelumnya.
Selain itu, JPMorgan juga memberikan rekomendasi overweight untuk PTBA dengan adanya potensi dividen besar dan rekomenadsi netral untuk ITMG.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.