Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Ukraina-Rusia Bikin Booming Harga Komoditas Berlanjut, Sampai Kapan?

Konflik Ukraina dengan Rusia menjadi sentimen utama pendorong harga saham komoditas.
Alat stacker-reclaimer batu bara milik PT Bukit Asam Tbk. (PTBA)/Bisnis - Aprianto Cahyo Nugroho
Alat stacker-reclaimer batu bara milik PT Bukit Asam Tbk. (PTBA)/Bisnis - Aprianto Cahyo Nugroho

Bisnis.com, JAKARTA – Melonjaknya harga sejumlah komoditas diperkirakan masih bakal terus berlangsung dan membuat rekor-rekor baru. Alasannya, konflik Ukraina dengan Rusia menjadi sentimen utama.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan harga komoditas masih dalam tren kenaikan.

"Ceritanya Putin itu sebenarnya punya waktu 5 hari untuk invasi Ukraina, baru 3 hari Jenderal Chechnya terbunuh, karena ada keterlibatan NATO dan AS di persenjataan Ukraina. Putin akhirnya memberi waktu 10 hari menguasai ibukota Ukraina, sehingga dalam 10 hari bisa dikuasai ibu kotanya, semua komoditas mengalami kenaikan sampai saat itu," urainya kepada Bisnis, Rabu (2/3/2022).

Menurutnya, naiknya harga komoditas karena kebutuhan minyak mentah meningkat terutama dalam menggerakan tank, pesawat, dan alat tempur lainnya, sehingga menjadi sentimen positif bagi minyak Brent.

Ketika NATO dan AS turut serta dalam konflik tersebut melalui persenjataan, bukan tidak mungkin konflik Ukraina ini menuju perang dunia ketiga saat eskalasi kembali meningkat.

"Rusia persiapkan senjata nuklirnya, begitu menyeruak, harga komoditas terbang, harga minyak WTI tadi pagi di atas US$100 per barrel, harga emas kembali US$1.945 per troy ounce, harga batu bara US$270--US$280 per barrel, minyak CPO di atas 6.400 ringgit semua naik, apalagi yang berhubungan dengan yang terjadinya konflik Rusia dan Ukraina," paparnya.

Harga komoditas yang terkait langsung dengan kedua negara tersebut, di antaranya nikel, gas alam, minyak mentah, aluminium, dan cobalt.

"Harga naik ini sampai 10 hari, pada saat 10 hari ini dikuasai Ukraina dan ditangkap Presiden Ukraina, harga akan koreksi. Lebih dari 10 hari, semakin sporadis harga akan naik, perang tak hanya di Ukraina dan menyebar ke negara lain, apalagi Korea Utara sudah mulai memanaskan misilnya," katanya.

Dia menargetkan harga setiap komoditas, menurutnya harga minyak WTI bakal mencapai US$110 per barrel, dan Brent US$115 per barrel. Selanjutnya, harga emas akan tembus US$2.000 per troy ounce dan tertinggu US$2.150 per troy ounce.

Adapun, harga gas alam atau LNG dapat mencapai US$7 per MBTU, harga batu bara dapat mencapai US$280 per metrik ton. Kenaikan tajam juga bisa terjadi untuk harga CPO dengan TP 7.000 Ringgit per metrik ton sedangkan nikel US$40.000 atau tembus US$50.000 per metrik ton.

"Geopolitik ini fokusnya jangka panjang 3--6 bulan dan akan terpenuhi 5 tahun hingga 10 tahun, kesempatan spekulan dapat cuan, perang selesai, harga akan jatuh semua," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper