Bisnis.com, JAKARTA – Jerman berencana memperluas penggunaan batu bara sebagai sumber energi untuk menggantikan gas, setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan pembangkit listrik tenaga batu bara dapat beroperasi lebih lama dan bahkan mengatakan dia tidak secara ideologis menentang untuk memperluas penggunaan energi nuklir.
Kanselir Olaf Scholz pada Minggu (27/2/2022) mengumumkan rencana untuk membangun dua terminal gas alam cair baru untuk memperluas pilihan energi Jerman dan mengurangi ketergantungannya pada Rusia.
“Pemerintah Jerman ingin punya kebebasan memilih dengan negara mana untuk bersama membangun kemitraan energi. Mampu memilih juga berarti, jika ragu, Anda dapat menjadi mandiri dari gas, batu bara, atau minyak Rusia,” kata Habeck, dilansir Bloomberg, Selasa (1/2/2022).
Habeck menambahkan, sementara Jerman dapat bertahan tanpa gas Rusia untuk beberapa bulan mendatang, Jerman tetap harus memperluas strategi pembeliannya secara signifikan untuk persediaan musim dingin mendatang.
Dia mengungkap, memperpanjang penggunaan batu bara lewat dari 2030 kemungkinan akan menimbulkan risiko, dan secara jangka panjang, tidak ada alternatif untuk energi terbarukan dalam hal keamanan energi.
Baca Juga
“Berlari lebih lama berarti ketergantungan yang lebih lama pada batu bara, mungkin juga dari Rusia. Atau kita ambil di tempat lain. Tapi itu akan jadi bentuk lain dari ketergantungan,” ujar Habeck.
Nuklir tidak mungkin menjadi perbaikan jangka pendek, karena tiga reaktor terakhir Jerman sudah dalam proses penutupan.
“Persiapan untuk mematikan [reaktor nuklir] sudah di tahap yang sangat maju sehingga untuk mengaktifkan pembangkit listrik tenaga atom lebih lama harus ada masalah keamanan tertinggi dan pasokan bahan bakar yang belum aman. Itu bukan sesuatu yang kami inginkan,” kata Habeck.
Sebelumnya, Italia juga memutuskan kembali mengaktifkan pembangkit listrik tenaga batu bara melihat harga gas yang naik tak terbendung akibat perang antara Rusia dan Ukraina.
Italia bergantung pada pasokan gas sebagai bahan baku energi di negara tersebut. Sekitar 45 persen gas diimpor dari Rusia, meningkat sekitar 27 persen dalam 10 tahun terakhir.