Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat merosot pada awal perdagangan hari ini, Selasa (1/3/2022), sejalan dengan penurunan imbal hasil obligasi Treasury karena investor mengabaikan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed di tengah meningkatnya risiko terhadap prospek ekonomi menyusul ketidakpastian geopolitik.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,91 persen ke level 33.582,99 pada pukul 10.20 waktu New York, sedangkan indeks S&P 500 turun 0,42 persen ke level 4.355,55 dan Nasdaq Composite turun 0,08 persen ke 13.741.
Imbal hasil obligasi melemah, dipimpin oleh tenor jangka pendek. Sementara itu, indeks saham Wall Street melemah karena kerugian saham-saham perbankan dan perusahaan teknologi, yang melebihi reli saham saham emiten energi.
Win Thin, kepala analis mata uang global di Brown Brothers Harriman, mengatakan pelaku pasar seharusnya sudah bersiap untuk menghadapi peningkatan volatilitas dalam waktu yang lama.
“Mengingat meningkatnya ketidakpastian di sekitar Ukraina, kenaikan suku bunga the Fed akan dipandang terlalu agresif saat ini," ungkap Win, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (1/3/2022).
Saat sanksi terhadap Rusia berlanjut, Uni Eropa mengidentifikasi tujuh bank Rusia yang sedang dipertimbangkan untuk dikeluarkan dari sistem SWIFT. Negara itu melarang penduduk mentransfer mata uang ke luar negeri ketika Presiden Vladimir Putin berusaha untuk melawan sanksi baru yang memukul perekonomian.
Baca Juga
Sementara itu, Uni Eropa dan Swiss menyetujui tindakan terhadap beberapa taipan terkaya Rusia, dan Inggris mengatakan kepada pelabuhan untuk tidak melayani kapal berbendera Rusia.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden menyampaikan pidato kenegaraannya pada pukul 9 malam. di Washington. Kali ini, Joe Biden menyampaikan pidato tahunan di depan Kongres di saat yang sangat genting, persis saat tahun 2003, ketika George W. Bush mengemukakan perang melawan Irak, atau pada 2010 ketika Barack Obama menghadapi krisis keuangan.
Bursa saham AS menuju awal yang sulit tahun ini karena prospek suku bunga yang lebih tinggi dan invasi Rusia ke Ukraina menguji reli saham. Indeks S&P 500 mengalami penurunan bulanan berturut-turut untuk pertama kalinya dalam hampir satu setengah tahun, membawa kerugiannya tahun ini menjadi 8,2 persen, awal terburuk sejak pandemi mengguncang pasar pada awal 2022.