Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sanksi Terhadap Rusia Tingkatkan Kekhawatiran Pertumbuhan Global, Emas Bertahan di Zona Hijau

Harga emas berjangka Comex untuk kontrak April 2022 terpantau menguat 0,47 persen ke level US$1.909,6 per troy ounce pada pukul 14.36 WIB
Emas batangan/Bloomberg
Emas batangan/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas mempertahankan penguatannya pada perdagangan Selasa (1/3/2022), setelah pelaku pasar mempertimbangkan dampak sanksi kepada Rusia atas serangan ke Ukraina, yang telah mendorong permintaan untuk aset safe haven.

Berdasarkan data bloomberg, harga emas berjangka Comex untuk kontrak April 2022 terpantau menguat 0,47 persen ke level US$1.909,6 per troy ounce pada pukul 14.36 WIB. Sementara itu, harga emas di pasar spot berada pada level US$1.907,33 per troy ounce.

Harga emas cenderung stabil setelah mencatat penguatan bulanan terbesar sejak Mei karena sanksi terhadap Rusia menimbulkan kekhawatiran atas dampak pada pertumbuhan global dan inflasi. Gangguan pasokan biji-bijian, energi dan logam menambah tekanan harga, di tengah sikap pasar yang menantikan kebijakan suku bunga Federal Reserve.

Ekonomi Rusia berada di bawah tekanan besar setelah AS dan sekutunya memblokir akses bank sentral ke cadangan devisanya dan memotong aliran dana pinjaman dari sistem perbankan SWIFT. Presiden Vladimir Putin mengambil tindakan dengan melarang penduduk mentransfer mata uang ke luar negeri.

Analis pasar senior Oanda Corp Edward Moya mengatakan harga emas cenderung tertahan di level US$1.900 per troy ounce dan kemungkinan akan bertahan hingga laju pertumbuhan global meningkat,"

"Emas akan mendapatkan alurnya kembali begitu tekanan inflasi mengancam prospek pertumbuhan. Stagflasi akan menjadi kata kunci yang diombang-ambingkan dan yang pada akhirnya akan memicu aliran modal menuju safe haven seperti emas,” ungkap Edward, seperti dikutip Bloomebrg, Selasa (1/3/2022).

Selain emas, logam mulia lain, Palladium, naik 0,9 persen setelah melonjak 5,2 persen sehari sebelumnya di tengah kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan. Rusia memproduksi sekitar 40 persen paladium global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper