Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara mengalami koreksi cukup dalam pada perdagangan akhir pekan, Minggu (27/2/2022), setelah sempat menyentuh level tertingginua US$274 per ton.
Mengutip data terkini pasar ICE Newcastle, harga batu bara untuk kontrak Maret 2022 turun 19,50 persen ke US$251,5 per ton setelah sempat menyentuh level tertingginya di US$274 per ton. Namun, dalam sepekan harga batu bara masih menguat 25,03 persen.
Sementara itu, untuk kontrak April 2022, harga batu bara melorot lebih tajam 26,05 persen ke US$220,95 per ton namun masih menguat 21,50 persen dalam sepekan.
Harga batu bara sebelumnya sempat melonjak setelah sanksi ekonomi Amerika Serikat dan Eropa terhadap Rusia. Pasalnya, pemakaian energi fosil akan kembali dipertimbangkan apabila pasokan energi gas, minyak, dan batu bara dari Rusia terputus.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta menilai Indonesia akan mendapat keuntungan sebagai salah satu eksportir baru bara terbesar dunia.
“Faktor geopolitik seperti saat ini, efeknya bisa dirasakan ke kenaikan harga komoditas dan emiten harus memanfaatkan momentum tersebut dengan baik supaya emiten yang berorientasi pada ekspor bisa meningkatkan performa penjualan,” ujarnya kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Adapun, jika aliran komoditas dari Rusia terputus, perusahaan di Eropa kemungkinan akan cenderung beralih dan mencari alternatif komoditas energi lain, termasuk batu bara di tengah upaya mereka menggencarkan pemakaian energi baru terbarukan (EBT).
Salah satu contoh yang sudah mengambil langkah di antaranya Italia. Perdana Menteri Italia Mario Draghi berencana mengaktifkan kembali pembangkit batu bara seiring dengan kenaikan harga gas alam di Eropa.
Draghi mengatakan bahwa kebijakan ini akan diambil pemerintah setelah harga gas semakin tidak dapat dibendung. Ditambah lagi perang antara Rusia dan Ukraina semakin memperkuat potensi ketidakpastian pasokan gas alam.
“Pembangkit listrik tenaga batu bara mungkin perlu dibuka kembali untuk mengisi defisit dalam jangka pendek,” katanya dilansir The Saxon, Sabtu (26/2/2022).
Italia sendiri bergantung pada pasokan gas sebagai bahan baku energi di negara tersebut. Sekitar 45 persen gas diimpor dari Rusia, meningkat sekitar 27 persen dalam 10 tahun terakhir.
Selain itu, pelaku pasar di tingkat global dinilai masih berhati-hati dalam memperdagangkan batu bara dari Rusia setelah sanksi dijatuhkan.
Sebagai informasi, Rusia adalah pemasok terbesar kedua batu bara ke China setelah Indonesia. Menurut Platts Analytics, impor batu bara China dari Rusia mencapai 26,69 juta metrik ton pada Januari - September 2021.