Bisnis.com, JAKARTA — Pasar saham Indonesia diyakini masih menarik bagi investor asing, meski ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina belum mereda dan di tengah rencana The Fed untuk mulai menaikkan suku bunga.
“Masih akan lanjut, kita masih akan menarik saat ini. Kalaupun suku bunga The Fed naik, secara historis dari 1970-an sampai sekarang aliran dana biasanya ke komoditas dan emerging market. Jadi pasar seperti Indonesia masih diuntungkan, aliran asing masih akan masuk,” kata Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana, Jumat (25/2/2022).
Wawan mengatakan ketegangan Rusia-Ukraina bisa berdampak positif bagi Indonesia dalam jangka pendek karena harga komoditas energi seperti batu bara yang dihasilkan Indonesia akan naik. Namun dalam jangka panjang, situasi tersebut bisa memengaruhi tingkat inflasi.
Adapun pergerakan IHSG pada Maret dia sebut akan dipengaruhi oleh sejumlah ekspektasi pasar, seperti perkembangan ekonomi sepanjang Februari dan rencana The Fed menaikkan suku bunga.
“Bank Sentral Amerika Serikat akan melihat perkembangan inflasi Februari, tetapi perkiraan kenaikan suku bunga 25 sampai 50 basis poin. Jika di angka tersebut, belum ada kekhawatiran Indonesia mengenai kenaikan suku bunga,” tambahnya.
Baca Juga
Dia menjelaskan pula bahwa para investor akan cenderung memperhatikan fundamental makro menjelang akhir kuartal I/2022, sekaligus mengawasi kinerja masing-masing emiten. Di sisi lain, Wawan memperkirakan masih ada support yang kuat bagi IHSG untuk bertahan di level 6.800.
“Kita lihat beberapa minggu terakhir 6.800 cukup kuat dan beberapa kali ditembus, tetapi resistance di 6.900 lalu kemudian di maksimal 6.950. Faktor-faktor yang memengaruhi tadi. Positifnya kalau kinerja makro awal Maret sesuai perkiraan, misal inflasi tetap di sekitar 2 persen minimal, dan juga dari sisi pertumbuhan suku bunga Indonesia belum berubah meski The Fed ada perubahan,” kata dia.