Bisnis.com, JAKARTA — Analis memperkirakan ekspor emiten rokok Indonesia akan mengalami tekanan pada 2022. PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) mencatat tren negatif pengiriman ke negara lain dalam 5 tahun terakhir.
Analis Panin Sekuritas Jonathan Guyadi mengatakan penurunan volume produksi dan juga konsumsi produk tembakau secara global, terutama rokok, turut memberikan tekanan terhadap pendapatan ekspor dari emiten rokok di Indonesia.
"Dua pemain besar industri rokok Indonesia yang tergolong pada produsen rokok tier satu, terus mencatatkan tren pendapatan ekspor yang menurun selama 5 tahun terakhir," ujar Jonathan dalam risetnya, dikutip Minggu (13/2/2022).
Jonathan mengatkaan HM Sampoerna mencatatkan penurunan ekspor ke level Rp219 miliar pada 2020 atau turun 46,5 persen YoY, dan tren penurunan ekspor masih berlanjut hingga sembilan bulan 2021. Pada kuartal III/2021, pendapatan ekspor perseroan hanya tercatat sebesar Rp112 miliar atau turun 35,4 persen YoY.
Menurutnya, adanya pandemi membuat pendapatan ekspor dari perseroan mengalami penurunan yang lebih tajam dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Kami memperkirakan efek dari adanya supply chain disruption, terutama pada logistik kerap menjadi salah satu faktor penekan," ucapnya.
Hal tersebut ditambah dengan meningkatnya health awareness masyarakat secara umum akibat pandemi, yang membuat permintaan dari produk rokok secara umum di negara-negara luar mengalami penurunan.
Sementara itu, pendapatan ekspor Gudang Garam tercatat lebih baik dibandingkan dengan HMSP. Pendapatan ekspor GGRM pada sembilan bulan 2021 tercatat meningkat ke level Rp1,4 triliun atau naik 0,94 persen, tetapi, tercatat memiliki tren yang menurun selama 5 tahun terakhir dengan penurunan -9,8 persen YoY.
Akan tetapi, lanjutnya, pendapatan ekspor dari HMSP dan GGRM memiliki proporsi yang relatif kecil terhadap seluruh pendapatan perseroan. Hingga kuartal III/2021, pendapatan ekspor memiliki kontribusi masing-masing sebesar 0,15 persen ke HMSP dan 1,53 ke GGRM dari total pendapatan bersih.
"Sehingga kami melihat bahwa pemulihan pasar produk tembakau di Indonesia akan memberikan yang lebih signifikan dibandingkan dengan pasar ekspor. Namun untuk ke depannya, kami memperkirakan untuk pasar produk tembakau di Indonesia masih akan mengalami tekanan," tutur dia.