Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja industri rokok diperkirakan masih tertekan pada tahun ini. Analis menyebut tekanan ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Analis Panin Sekuritas Jonathan Guyadi dalam risetnya mengatakan daya beli konsumen yang masih belum pulih akan membatasi pemulihan kinerja emiten rokok di 2022. Selain itu, Jonathan melihat cukai yang lebih tinggi turut berdampak terhadap volume penjualan.
"Sejalan dengan ini, kami merekomendasikan netral untuk sektor tembakau," ujar Jonathan dalam risetnya, dikutip Minggu (13/2/2022).
Dia menyebut kinerja sektor tembakau masih cenderung tertekan karena konsumsi masyarakat yang berpotensi mengalami tekanan seiring adanya potensi diterapkannya pembatasan mobilitas untuk menekan laju penyebaran Covid-19.
Selain itu, lanjutnya, kenaikan tarif cukai berpotensi menyebabkan penurunan volume produksi yang akan turut mempengaruhi pertumbuhan dari volume penjualan rokok kedepan. Jonathan juga melihat tarif cukai yang naik dapat menekan marjin keuntungan emiten rokok.
Faktor lain yang juga menurutnya akan menekan industri rokok adalah adanya selisih antara tarif cukai rokok dari produsen tier I dan produsen rokok tier II yang tercatat terus melebar. Hal ini berpotensi membuat konsumen produsen rokok tier I berpindah ke rokok produsen tier II dengan harga yang lebih murah.
"Sejalan dengan hal ini, kami memberikan rekomendasi netral untuk sektor tembakau, dengan top-pick saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP), serta rekomendasi HOLD dengan target harga Rp1.000," ujarnya.
Adapun untuk saham PT Gudang Garam Tbk. (GGRM), Panin Sekuritas merekomendasikan hold, dengan target harga Rp30.000.