Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Perkasa, Dolar Fluktuatif Jelang Rilis Inflasi Amerika

Rupiah menguat pagi ini sementara mata uang Asia lain terpantau bervariatif di hadapan dolar AS.
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah dibuka menguat pada pembukaan perdagangan pagi ini. Sementara mata uang lain di kawasan Asia Pasifik terpantau variatif.

Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (10/2/2022)pukul 09.04 WIB, rupiah terapresiasi 0,07 persen menjadi Rp14.348 per dolar AS.

Sementara itu, yen Jepang juga menguat 0,02 persen, won Korea Selatan melemah 0,02 persen, yuan China menguat 0,01 persen, dan ringgit Malaysia melemah 0,06 persen.

Tim Riset Monex Investindo Futures menyebut dolar AS berpeluang mendapatkan katalis penggerak dari data indeks harga konsumen dan data klaim pengangguran mingguan AS.

"Bila kedua data dirilis lebih baik dari ekspektasi, maka harga emas dan mata uang utama lainnya berpeluang bergerak turun," tulis Tim Riset MIFX, Kamis (10/2/2022).

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengungkapkan, investor saat ini menunggu data inflasi Amerika Serikat (AS), termasuk indeks harga konsumen yang akan dirilis pada hari ini, Kamis (10/2/2022).

Hal tersebut dipercaya sebagai petunjuk lebih lanjut mengenai timeline kenaikan suku bunga oleh The Fed.

“Selain itu, pasar sekarang memperkirakan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga pada Maret 2022, sehingga imbal hasil Treasury 10-tahun AS melonjak 1,97 persen pada hari Selasa, lompatan yang tidak terlihat sejak November 2019,” kata Ibrahim

Mengutip Antara, Kamis (10/2/2022), dolar AS merosot lebih jauh pada akhir perdagangan akhir perdagangan Rabu (9/2/2022) waktu setempat, sedangkan euro memperpanjang kenaikannya menyusul perubahan hawkish dari Bank Sentral Eropa (ECB) pekan lalu dan menjelang data utama harga konsumen AS yang akan dirilis pada Kamis.

Angka IHK (indeks harga konsumen) mungkin menawarkan indikasi baru tentang laju pengetatan moneter Federal Reserve, dan investor bersiap untuk angka yang lebih tinggi dari perkiraan yang akan menandakan kenaikan suku bunga yang lebih agresif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper