Bisnis.com, JAKARTA – Indeks ESG Leaders tercatat mengalami penurunan sekalipun telah memiliki konstituen saham bank berkapitalisasi besar.
Head of Investment Research Wawan Hendrayana menerangkan penurunan pada indeks anyar itu disebabkan oleh posisi bank-bank besar yang tidak terlalu dominan. Sebagai informasi, dari empat indeks ESG, indeks ESG Leaders menjadi satu-satunya indeks yang melami pelemahan 0,55 persen sepanjang tahun berjalan.
Bahkan pada perdagangan Senin (31/1/2022), indeks tersebut merosot 1,19 persen. Kendati demikian, indeks ESG lainnya yakni Sri Kehati, ESG Sector Leaders Sri Kehati, ESG Quality 45 menguat masing-masing 1,57 persen 0,52 persen dan 0,42 persen secara year-to-date (YtD).
“Kalau ESG Sektor Leaders negatif berarti porsi bank tidak terlalu besar sebagai pendorong. Sektor keuangan padahal naik 2 persen selama tahun berjalan,” katanya kepada Bisnis pada Rabu (2/2/2022).
Wawan menambahkan jika indeks-indeks besar telah tumbuh melampaui indeks komposit. Maka, bisa dibilang ada saham pemberat yang membuat indeks ESG Sector Leader masih underperform.
Meski demikian, Wawan mengakui bila persepsi investor lokal dalam membeli saham tidak selalu ESG tetapi juga prospek kinerja yang akan datang. Menurutnya mungkin untuk saat ini indeks itu dipandang belum terlalu baik.
Baca Juga
“Indeks itu turun berarti saham-saham konstituen belum tentu diminati karena kalau dibandingkan indeks sri kehati saja sekarang positif,” katanya.
Sebelumnya, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia Hasan Fawzi mengatakan dengan penerbitan dua indeks anyar itu akan menambah jumlah produk reksa dana dan ETF berbasis ESG.
Berdasarkan data OJK per Oktober 2021, terdapat 15 produk reksa dana dan ETF dengan basis ESG. Adapun total dana kelola atau AUM mencapai Rp3,38 triliun.
Sementara itu, berdasarkan data Yayasan Kehati ada 11 manajer investasi dengan total dana kelolaan Rp2,7 triliun. “Kami harapkan ada lebih dari 11 manajer investasi yang mengadopsi indeks baru ini,” kata Hasan pada Selasa (7/12/2021).
Hasan mengatakan sebelum indeks anyar itu diracik, BEI dan Yayasan Kehati telah melakukan diskusi serta rapat dengan para manajer investasi. Menurutnya, permintaan indeks anyar juga berasal dari para pelaku pasar.