Bisnis.com, JAKARTA – Harga Bitcoin (BTC) dalam pasar mata uang kripto (cryptocurrency) anjlok pada Senin (24/1/2022). Bitcoin jatuh ke level terendah dalam kurun waktu enam bulan terakhir dan token lainnya mengalami kerugian besar.
Harga Bitcoin merosot 4,3 persen dan jatuh di kisaran US$34.000. Sementara itu, Etherum (ETH) juga tengah anjlok turun sebesar 6,8 persen dan menyentuh US$2,201, nilai tersebut juga membawa Ethereum ke nilai terendah sejak Juli 2021.
Analis mengungkapkan tren penurunan nilai harga aset kripto, khususnya Bitcoin dan Ethereum. Berikut 3 penyebab harga Bitcoin anjlok seperti dilansir dari coindesk.com, Rabu (26/1/2022)
1. Sentimen Pasar Negatif
Penurunan harga Bitcoin (BTC) merupakan kelanjutan sederhana dari tren yang sama yang telah terjadi dalam beberapa minggu terakhir – sentimen pasar negatif.
"Sentimen ini didorong oleh serangkaian berita suram yang menguasai segala bentuk data aset objektif," kata Jason Deane, analis di Quantum Economics seperti dilansir dari Coindesk.
Meskipun pandangan jangka panjang Deane positif, dia berpikir bahwa aksi harga saat ini mungkin akan berlanjut dalam waktu dekat atau jangka pendek, dan tren anjloknya harga ini mungkin saja terjadi lagi.
2. Adanya Leverage Panjang
Ben McMillan, pendiri IDX Digital Assets mengatakan penyebab anjloknya harga Bitcoin yakni leverage posisi beli, yang memperburuk aksi jual ke Asian Session Market pada hari Jumat (21/1/2022).
“Ini hampir selalu terjadi dengan Bitcoin,” kata McMillan.
Perlu diketahui, Leverage sendiri merupakan strategi para investor untuk menggunakan utang (modal pinjaman) untuk memperbesar peluang pengembalian investasi mereka.
3. BTC Mengikuti Pasar Tradisional
Bitcoin dan pasar cryptocurrency yang lebih luas secara keseluruhan bertindak sebagai aset beta dengan sentimen tinggi. Artinya, mereka bergerak bersama-sama dengan pasar yang lebih luas dan lebih terpengaruh oleh sentimen negatif baru-baru ini. Hal itu diungkapkan Lucas Outumuro, kepala penelitian di IntoTheBlock.
“Ketakutan ekonomi makro dan pendapatan perusahaan teknologi yang buruk juga memperburuk korelasi ini,” kata Outumuro.