Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang kripto terbesar, Bitcoin, kembali menguat pada akhir perdagangan Selasa pagi (25/1/2022) waktu Asia, setelah pembeli kembali masuk untuk memborong mata uang digital tersebut.
Sebelumnya, Bitcoin jatuh ke level terendah dalam enam bulan di tengah kekhawatiran serangan Rusia terhadap Ukraina dan sebelum pertemuan Federal Reserve minggu ini.
Bitcoin naik 2,5 persen pada US$37.250 setelah sebelumnya jatuh ke US$32.951, harga terendah sejak 23 Juli 2021. Bitcoin meraup kerugian dari tertinggi sepanjang masa ketika nilainya anjlok ke US$69.000 pada November dengan turun sebanyak 50 persen.
Bitcoin sekarang berada pada titik kritis di mana analis mengatakan bahwa penjualan lebih lanjut dapat membalikkan tren kenaikan jangka panjangnya.
Mata uang kripto jatuh pada Senin pagi (24/1/2022) di tengah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina. NATO mengatakan pihaknya menempatkan pasukan dalam keadaan siaga dan memperkuat Eropa Timur dengan lebih banyak kapal dan jet tempur, yang dikecam Rusia sebagai peningkatan ketegangan di Ukraina.
Selain itu, kegelisahan atas pertemuan kebijakan dua hari Federal Reserve, yang dimulai pada Selasa (25/1/2022), ikut memberikan sentimen.
Baca Juga
Pasalnya, pasar memperkirakan bank sentral AS ini akan mengkonfirmasi langkah segera untuk mulai menguras likuiditas yang telah menopang pertumbuhan saham-saham.
"Ceritanya adalah seberapa agresif pengetatan itu," kata Marc Chandler, Kepala Strategi Pasar di Bannockburn Global Forex di New York.
Dia mencatat bahwa langkah Fed untuk mengurangi ukuran neraca akan berjalan bersamaan dengan kenaikan suku bunga.
"Mata uang kripto jatuh bersama dengan aset-aset berisiko lainnya karena orang-orang menarik kembali risiko secara luas," tambahnya.
Katie Stockton, pendiri firma analisis teknis Fairlead Strategies, mengatakan bahwa penutupan Bitcoin minggu ini akan mencapai di atas level US$37.400, di mana ada dukungan dari dasar Ichimoku Cloud - kumpulan indikator teknis yang digunakan untuk menunjukan level support, resistance, serta momentum dan arah tren pasar.
Ini mungkin menjadi kunci apakah aksi jual adalah koreksi dalam tren naik, atau awal dari sebuah tren bearish, menurutnya.
"Jika Bitcoin gagal untuk naik kembali di atas level ini, maka tren naik jangka panjang pada dasarnya dibalik oleh kerusakan itu,” katanya.
Sekitar US$465 juta aset kripto telah dilikuidasi dalam 24 jam terakhir, menurut data dari Coinglass, dengan perdagangan bitcoin menyumbang US$167 juta dari total itu.
Mata uang kripto yang lebih kecil, yang cenderung bergerak seiring dengan Bitcoin, juga merosot tetapi berakhir di posisi terendahnya. Ether, koin digital terbesar kedua, terakhir turun 3,5 persen pada US$2.451, setelah sebelumnya mencapai US$2.160, level terendah sejak 27 Juli 2021.
Penambang mata uang kripto yang tercatat di AS, Riot Blockchain, Bit Digital dan Marathon Digital juga pulih dari posisi terendah sebelumnya sementara bursa kripto Coinbase Global memangkas sebagian besar kerugian hari ini.