Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dukung Stabilisasi Harga, Sinar Mas Agro (SMAR) Lanjutkan Penyaluran Minyak Goreng Murah

Hingga akhir tahun 2021, SMAR telah menyalurkan minyak goreng dengan harga terjangkau sebanyak 600 ribu liter. Kebijakan penyaluran ini akan dilanjutkan perusahaan mulai bulan Januari 2022.
Produk minyak goreng dengan merek dagang filma. Minyak goreng merupakan salah satu produk dari PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk./smart-tbk.com
Produk minyak goreng dengan merek dagang filma. Minyak goreng merupakan salah satu produk dari PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk./smart-tbk.com

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perkebunan sawit PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) akan mendukung program stabilisasi harga minyak goreng.

Investor Relations SMAR Pinta S. Chandra pada Kamis (13/1/2022) mengatakan, SMAR terus meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi berbagai produk turunan berbasis kelapa sawit dengan portofolio yang luas untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah Indonesia dalam mendorong hilirisasi.

Ia mengatakan, hingga akhir tahun 2021, SMAR telah menyalurkan minyak goreng dengan harga terjangkau sebanyak 600 ribu liter. Kebijakan penyaluran ini akan dilanjutkan perusahaan mulai bulan Januari 2022.

“Perseroan akan kembali mendukung kebijakan pemerintah dalam menstabilisasi harga melalui penyaluran minyak goreng dengan harga yang terjangkau,” katanya saat dihubungi pada Kamis (13/1/2022).

Adapun, hingga akhir September 2021, ia mengatakan penjualan seluruh produk turunan CPO termasuk biodiesel dan oleokimia berkontribusi sebesar 88 persen terhadap total penjualan Perseroan.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, SMAR yang memproduksi minyak goreng Filma membukukan penjualan sebesar Rp40,38 triliun. Dari jumlah tersebut, penerimaan dari produk kelapa sawit sebesar Rp37,63 triliun.

Pinta menambahkan, prospek penjualan minyak goreng tahun ini masih baik mengingat produk ini merupakan salah satu kebutuhan makanan pokok bagi masyarakat. Harga minyak goreng akan selalu berfluktuasi dipengaruhi oleh pergerakan harga pasar internasional CPO, meskipun kenaikannya cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan harga pasar CPO.

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian membuka peluang pelaku industri minyak goreng sawit berkontribusi dalam program stabilitas harga komoditas tersebut di pasaran.

Sejauh ini, sebanyak 70 produsen minyak go­reng sawit (MGS) ter­libat daalam menge­darkan 1,2 miliar liter minyak goreng untuk kebutuhan selama 6 bulan mendatang.

Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika mengatakan pemerintah akan menyediakan minyak goreng dengan harga sekitar Rp14.000 per liter di tingkat konsumen di seluruh Indonesia.

Bagi industri MGS yang terlibat dalam program stabilitas harga minyaka goreng, paparnya, Kemen­perin akan merelaksasi Standar Nasional Indonesia (SNI) MGS secara wajib untuk industri yang menggunakan merek MINYAKITA.

“Jadi, kalau perusahaan in­dustri terdaftar dalam program penye­diaan MGS dengan merek MINYAKITA, akan kami fasilitasi per­cepatan sertifikasi SNI-nya,” katanya.

Untuk memastikan ketersediaan pa­sokan minyak goreng, Putu telah me­lakukan kunjungan kerja ke sejumlah produsen, beberapa diantaranya adalah PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) SIMP di Jakarta, SMAR di Bekasi, dan PT Multimas Nabati Asahan di Serang, Banten.

Selama ini, industri hilir minyak sawit turunan crude palm oil (CPO) mampu memberikan kontribusi sig­nifikan bagi perekonomian nasional.

“Industri kelapa sawit telah menunjukkan progres penghiliran yang sangat baik. Saat ini terdapat 168 ragam jenis produk hilir dari kelapa sawit, sementara pada 2011 baru terdapat 54 jenis,” tambahnya.

Secara total, ekspor minyak sawit dan produk turunannya mencapai 33,1 juta ton per tahun, dari total produksi sebesar 53 juta ton per tahun.

Pada 2021, rasio volume ekspor an­­tara bahan baku CPO dengan pro­­duk hilirnya 9,27% ber­­banding 90,73%. Selama periode 2016-2020, rata-rata rasio ekspor bahan baku dengan produk hilir ber­ada di sekitar 20 persen berbanding 80 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper