Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pacu Kinerja 2022, Manajer Investasi Berlomba Tingkatkan Dana Kelolaan

Memasuki 2022, sejumlah perusahaan manajer investasi yakin dana kelolaan akan naik tahun ini.
Karyawan memantau pergerakan Indeks harga saham gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan manajer investasi, di Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Endang Muchtar
Karyawan memantau pergerakan Indeks harga saham gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan manajer investasi, di Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah perusahaan manajer investasi (MI) optimistis dapat mencatatkan pertumbuhan jumlah dana kelolaan atau asset under management (AUM) pada 2022.

Trimegah Asset Management (Trimegah AM) telah menyiapkan sejumlah produk baru guna mencapai target dana kelolaan atau asset under management (AUM) tahun ini. 

Direktur Utama Trimegah Asset Management Antony Dirga mengatakan prospek pertumbuhan AUM reksa dana di tahun 2022 cukup positif. Menurutnya, jumlah dana kelolaan hingga akhir tahun ini dapat tumbuh sekitar 10 persen hingga 15 persen.

Seiring dengan hal tersebut, Antony optimistis Trimegah akan kembali mencatatkan pertumbuhan AUM pada 2022.

“Kami menargetkan jumlah AUM hingga akhir tahun 2022 sebesar Rp30 trilliun,” katanya saat dihubungi Bisnis awal pekan ini.

Guna mencapai target tersebut, Trimegah AM telah menyiapkan beberapa produk anyar yang akan dirilis pada tahun ini. Salah satu produk baru tersebut berjenis reksa dana exchange traded funds (ETF). Antony menuturkan, peluncuran produk ini sempat tertunda dalam perencanaannya.

Selain itu, Trimegah AM juga akan menerbitkan varian baru dari produk Trimegah Balanced Absolute Strategy (BASTRA). Meski demikian, ia belum menyebutkan waktu pasti peluncuran produk-produk tersebut.

“Selain itu, pada tahun ini kami berencana menggalakkan produk saham dan obligasi korporasi kami,” lanjutnya.

Sementara itu, Investment Director Schroders Indonesia, Irwanti mengatakan, pihaknya optimistis dapat mencatatkan pertumbuhan dana kelolaan pada tahun ini. Meski demikian, pihaknya tidak menyebutkan secara rinci target AUM yang diincar.

“Kami terus mengupayakan pertumbuhan dana kelolaan yang konsisten baik melalui jumlah investor atau distributor maupun kinerja portofolio,” jelasnya saat dihubungi Bisnis pada Rabu (12/1/2022).

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga 31 Desember 2021, Schroders memiliki AUM sebesar Rp33,89 triliun. Jumlah tersebut turun 8,52 persen dibandingkan dengan perolehan dana kelolaan pada akhir Desember 2020.

Guna menggenjot pertumbuhan dana kelolaan, Irwanti menuturkan pihaknya akan mengekplorasi produk-produk baru berdasarkan permintaan pasar dan kapabilitas perusahaan.

Pada tahun 2022, Schroders melihat bahwa tema-tema terkait dengan pemulihan ekonomi dan yang membentuk dunia di masa depan, investor dapat menemukan dan memanfaatkan peluang investasi secara optimal dalam jangka panjang.

Sementara itu, prospek pertumbuhan dana kelolaan reksa dana pada tahun ini utamanya akan didukung oleh kinerja pasar modal seiring dengan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut secara global.

“Kami meyakini bahwa tahun 2022 akan menjadi tahun untuk saham, meskipun di sisi lain kebijakan moneter reversal dapat memperlambat kinerja pasar obligasi,” katanya.

Khusus untuk sentimen dari dalam negeri, kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun ini akan ditopang oleh reformasi struktural dari pertumbuhan ekonomi, omnibus law, dan perkembangan sovereign wealth fund Indonesia.

Lebih lanjut, aktivitas di pasar modal ke depannya juga akan membantu mendorong pasar saham Indonesia dengan lebih banyak nama-nama yang menarik bagi investor asing seperti new economy, keberlanjutan, dan saham-saham teknologi.

Sementara itu, penyebaran varian baru virus corona menjadi sentimen yang perlu diperhatikan pada tahun ini. Irwanti mengatakan, hal ini dapat memaksa pemerintah memberlakukan lockdown parsial yang memperlambat ekonomi.

“Meskipun covid akan tetap menjadi risiko, tingkat vaksinasi yang lebih tinggi, ketersediaan pil treatment covid, dan infrastruktur perawatan kesehatan yang lebih baik akan menurunkan risiko volatilitas pasar pada tahun 2022,” jelasnya.

Selain itu, inflasi karena gangguan rantai pasokan dan permintaan yang tertahan dapat mendorong inflasi secara keseluruhan. Hal ini dapat menghambat prospek pertumbuhan dana kelolaan.

Sementara itu, Panin Asset Management mematok target pertumbuhan dana kelolaan atau asset under management (AUM) sebesar Rp15 triliun pada tahun ini.

Direktur Panin Asset Management (Panin AM) Rudiyanto mengatakan, jumlah ini tidak berubah dari target pada tahun 2021. Meski demikian, pihaknya optimistis mampu mencatatkan pertumbuhan tersebut.

Berdasarkan data OJK, jumlah dana kelolaan Panin AM hingga akhir Desember 2021 adalah sebesar Rp12,76 triliun. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan catatan pada akih Desember 2020 sebesar Rp13,68 triliun.

Salah satu sektor produk yang akan terus dikembangkan Panin AM adalah reksa dana terproteksi. Rudiyanto mengatakan minat investor terhadap produk ini masih cukup besar dan pihaknya akan terus meningkatkan penawaran jenis ini ke depannya.

Lebih lanjut, Panin AM juga akan terus menggenjot kerja sama dengan APERD (agen penjual reksadana) dan fintech. Sejauh ini, pihaknya telah menjalin kolaborasi dengan sejumlah agen penjual seperti Ajaib, Trimegah Sekuritas, Philip Sekuritas, Panin Sekuritas, Panin Bank, dan Moduit.

“Kami senantiasa membuka peluang kerjasama jika ada kecocokan,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper