Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Naik, Jadi yang Terkuat di Asia

Mata uang rupiah dibuka menguat bersama dengan dolar Singapura yang naik 0,07 persen, yuan China yang naik 0,05 persen, dan ringgit Malaysia yang naik 0,09 persen. Hal ini menjadikan rupiah menjadi mata uang terkuat di Asia.
Karyawan merapikan uang dolar dan rupiah di Kantor Cabang Bank Mandiri di Jakarta, Kamis (14/1/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan merapikan uang dolar dan rupiah di Kantor Cabang Bank Mandiri di Jakarta, Kamis (14/1/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah dibuka menguat di hadapan dolar AS pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (7/1/2022).

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 09.05 WIB, mata uang garuda menguat 0,25 persen atau 36 poin ke Rp14.355 per dolar AS.

Mata uang rupiah dibuka menguat bersama dengan dolar Singapura yang naik 0,07 persen, yuan China yang naik 0,05 persen, dan ringgit Malaysia yang naik 0,09 persen. Hal ini menjadikan rupiah menjadi mata uang terkuat di Asia.

Sementara itu, indeks dolar AS terkoreksi 0,12 persen ke level 96,204.

Sebelumnya, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, sentimen datang dari obligasi pemerintah AS terus mengalami peningkatan signifikan karena ada kenaikan suku bunga bank sentral yang kemungkinan dilaksanakan Maret, dari sebelumnya diperkirakan baru dilaksanakan pada Mei.

Selain itu, pasar tenaga kerja di AS yang terus naik dan pengangguran yang turun walaupun Omicron terus menyebar hingga 1 juta kasus, makin memperkuat kedudukan dolar AS.

“Itu juga menjadi indikasi bahwa Omicron tidak membahayakan, sehingga pasar cenderung mengoleksi indeks dolar sebagai safe haven,” tuturnya.

Dia melanjutkan, saat memasuki pasar Amerika, investor melakukan aksi jual. Pasalnya, sudah pasti komentar dari bank sentral The Fed akan mengarah ke pertumbuhan

Sementara dari dalam negeri, ada perbedaan tentang proyeksi pertumbuhan ekonomi di 2021 kuartal keempat antara pemerintah dan ekonom. Pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi rata-rata di level 4 persen, dengan asumsi kuartal keempat di 5 persen.

Sedangkan, ekonom memprediksikan kemungkinan besar kuartal keempat hanya tumbuh 3,2–4 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper