Bisnis.com, JAKARTA – Mulai investasi dan menjadi investor lebih dari 30 tahun lalu, Warren Buffetnya Indonesia, Lo Kheng Hong, mengatakan makin hari makin cinta dengan dunia investasi di pasar modal dan bakal jadi investor seumur hidupnya.
Kisah sukses Lo Kheng Hong diawali pada saat usianya menginjak 30 tahun, masih bekerja di bank sudah mulai menjadi investor saham dan kemudian berhenti dari pekerjaannya dan memutuskan menjadi full-time investor pada usia 37 tahun.
“Mengapa saya berhenti, karena saya ingin fokus karena kalau saya bekerja saya harus banyak kepusingan, ada target dari direksi yang harus saya penuhi, saya harus melayani nasabah, makanya saya keluar biar bisa fokus,” ujarnya pada podcast bersama Syailendra Capital, Sabtu (25/12/2021).
Tujuh tahun perjalanan berinvestasi di pasar modal, LKH mengungkap sudah dapat untung cukup banyak dan sudah mendapat uang cukup banyak sehingga memutuskan berhenti bekerja.
Sampai saat ini, 30 tahun menjadi investor, Lo Kheng Hong bukan hanya tidak bosan menjadi investor, tapi juga makin hari makin cinta dan makin bergairah.
“Karena menjadi investor saham di BEI begitu nikmat dan mengasyikkan, kita hidup santai saja tapi dapat duitnya banyak sekali. Bahkan kalau ditanya kapan berhenti? Saya akan menjadi investor saham sampai akhir hidup saya, sampai dipanggil oleh yang Kuasa,” katanya.
Baca Juga
Salah satu kiat LKH sukses jadi investor individu adalah memegang saham perusahaan besar, yang sudah jelas kinerjanya dan terus bertumbuh.
“Ketika kita memiliki saham wonderful company, kita tidur saja bisa menghasilkan uang lebih banyak hasilnya daripada orang yang kerja keras. Hanya tidur saja padahal,” ungkapnya.
Dia juga memilih jadi investor saham dan tidak membangun usaha sendiri karena dengan memegang sahamnya LKH seperti sudah punya perusahaan yang besar sekali.
“Sekarang saya punya pabrik ban terbesar di Asia Tenggara, pemegang saham terbesar ketiga di sana. Saya juga nggak usah bisnis, saya jadi pemegang saham terbesar kedua di perusahaan media. Jadi enak, dan itu saya membeli di harga diskon,” jelasnya lagi.
Kheng Hong pun memberi contoh ketika membeli saham Indika Energy, tambang batu bara terbesar ketiga di Indonesia.
“Waktu itu nilai buku per saham Rp1.600, harga saham Rp110, kan murah, ngapain bangun usaha sendiri, udah dapat perusahaan besar at discount lagi. Jadi saya nggak mau bangun usaha karena ribet-ribet-ribet. Kedua, saya bisa dapat perusahaan yang udah jadi dan belinya at discount, pas Indika oni seperti mobil mercy harga bajaj. Dan itu hanya terjadi dan ada di bursa saham, tidak ada di dunia nyata,” imbuh Lo Kheng Hong.