Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah Pagi Ini, Mata Uang Asia Pasifik Variatif

Mata uang Garuda turun bersama sejumlah mata uang lain di kawasan Asia Pasifik seperti baht Thailand yang melemah 0,56 persen, ringgit Malaysia melemah 0,20 persen, dan yuan China melemah 0,04 persen.
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka merah pada pagi hari ini.

Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (20/12/2021), rupiah terdepresiasi 0,20 persen menjadi Rp14.383 per dolar AS.

Mata uang Garuda turun bersama sejumlah mata uang lain di kawasan Asia Pasifik seperti baht Thailand yang melemah 0,56 persen, ringgit Malaysia melemah 0,20 persen, dan yuan China melemah 0,04 persen.

Sementara itu yen Jepang menguat 0,13 persen, peso Filipina menguat 0,13 persen, dan rupee India menguat 0,01 persen.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan dibuka berfluktuatif dan berpotensi ditutup menguat tipis pada rentang Rp14.330 - Rp14.390 per dolar AS pada Senin (20/12/2021).

“Pelaku pasar optimis virus Omicron yang terdeteksi di Indonesia bisa ditanggulangi secepatnya oleh pemerintah. Presiden Joko Widodo meminta masyarakat agar waspada tapi perkembangan Omicron ini jangan membuat kita panik,” tulis Ibrahim dalam riset harian. 

Adapun, Kementerian Kesehatan RI mendeteksi seorang pasien dengan inisial N terkonfirmasi virus Omicron pada 15 Desember 2021. Selain itu, Kemenkes RI juga mendeteksi 5 kasus yang kemungkinan juga terkena Omicron dari Warga Negara Indonesia (WNI) yang baru kembali dari luar negeri.

Sementara itu, lanjut Ibrahim, pemerintah memutuskan tidak mengetatkan pembatasan sosial pada akhir tahun ini pun membuka peluang untuk stabilitas konsumsi masyarakat dan mobilitas orang di luar ruang.

“Bank Indonesia (BI) optimistis bahwa ekonomi kuartal IV/2021 diperkirakan tumbuh di atas 4,5 persen,” kata Ibrahim.

Sementara itu, dolar AS terpantau melemah walau masih berada di level tertingginya karena tertekan ekspektasi investor mengenai kenaikan suku bunga dari bank sentral Inggris (BoE) dan bank sentral Eropa (ECB).

Adapun, bank sentral utama dunia telah. mengadopsi kebijakan yang berbeda karena ketidakpastian dampak varian Omicron Covid-19 pada pemulihan ekonomi. Perdebatan tentang sejauh mana bank sentral harus bertindak untuk mengekang inflasi yang tinggi juga terus berlanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper