Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Sesi I Mantul 0,33 Persen, EMTK dan BBRI Jadi Favorit Asing

Sepanjang sesi I, IHSG melaju pada rentang 6.659,16-6.688,37. Sebanyak 289 saham menguat, 216 saham merah dan 167 saham bergerak stagnan.
Karyawan melintas di dekat layar penunjuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Karyawan melintas di dekat layar penunjuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 0,33 persen atau 21,73 poin ke 6.674,65 pada akhir sesi I perdagangan Senin (13/12/2021).

Sepanjang sesi I, IHSG melaju pada rentang 6.659,16-6.688,37. Sebanyak 289 saham menguat, 216 saham merah dan 167 saham bergerak stagnan.

Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih di seluruh pasar Rp180,20 miliar. Saham PT United Tractors Tbk. (UNTR) menjadi yang paling banyak dilepas asing Rp32,8 miliar, diikuti saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang dijual asing Rp27,6 miliar.

Sementara itu, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) menjadi yang paling banyak diborong asing senilai Rp24,7 miliar. Menyusul saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) yang dibeli asing Rp20,1 miliar.

Saham pendatang baru PT Wahana Inti Makmur Tbk. (NASI) bertahan di posisi puncak top gainers dengan penguatan 34,19 persen. Kenaikan signifikan juga dialami saham PT Bank Victoria International Tbk. (BVIC) yang melesat 20,13 persen hingga sesi I.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, berdasarkan analisa teknikal, pihaknya melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat terbatas dan diperdagangkan pada 6.610-6.690.

“Pergerakan IHSG sepanjang pekan lalu yang menguat seiring dengan turunnya ketidakpastian pada pasar global, di mana risiko juga cenderung lebih rendah dibandingkan pada pekan keempat November dan pekan pertama bulan Desember,” kata Nico dalam dalam riset harian, Senin (13/12/2021).

Pada pekan ini, kata Nico, pelaku pasar dalam negeri akan terfokus pada rilis data neraca perdagangan November, di mana pertumbuhan diproyeksikan lebih lambat dibandingkan Oktober.

“Selain itu, pelaku pasar juga akan mencermati langkah dari Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter di mana suku bunga acuan menjadi tolok ukur pelaku pasar terkait pergerakan pasar keuangan ke depan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper