Bisnis.com, JAKARTA - PT Bakrie & Brothers Tbk. menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp500 miliar untuk tahun 2022 yang akan digunakan untuk ekspansi bisnis eksisting maupun bisnis potensial masa depan.
Presiden Direktur Bakrie & Brothers Anindya Novyan Bakrie mengatakan fokus emiten dengan kode saham BNBR tersebut masih di lingkup industrialisasi namun juga memperkuat bisnis masa depan seperti sustainable economy, dan layanan digital.
“Capex yang ada itu kombinasi untuk bisnis eksisting dan bisnis ke depan untuk mengakselerasi pertumbuhan kami. Dari semua itu, kami mencanangkan Rp500 miliar untuk capex dan investasi di bisnis-bisnis kami ke depan,” kata Anindya dalam paparan publik, Jumat (10/12/2021).
Adapun, bisnis masa depan yang dijelaskan oleh Anindya merupakan lini bisnis ekonomi yang berkelanjutan yang dijalankan perseroan melalui usaha patungan (joint venture/JV) maupun bermitra dengan pihak ketiga.
Sejauh ini, BNBR tengah memperkuat bisnis bus listrik yang dijalankan oleh PT Bakrie Autoparts denngan produk VEKTR. Rencananya, bus listrik ini akan mulai berkontribusi ke dalam pendapatan BNBR pada 2022.
Selanjutnya, BNBR juga mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di bawah PT Bakrie Power dengan produk Helio, selanjutnya bisnis properti di bawah PT Bakrie Building Industries dengan produk solusi Modula.
Baca Juga
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2021, BNBR mengalami penurunan pendapatan sebesar 20,68 persen menjadi Rp1,56 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp1,97 triliun.
Namun, rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk berkurang menjadi rugi Rp53,03 miliar dari sebelumnya Rp239,24 miliar.
Anindya mengatakan penurunan rugi itu pengaruh dari efisiensi yang dijalankan perseroan sejak tahun lalu. Dengan demikian, dia berharap ketika pendapatan dari bisnis eksisting kembali pada 2022-2023 nanti perseroan dapat membukukan marjin yang lebih besar.
“Contoh upaya efisiensi kami terlihat dari Cost of Goods Sold (COGS) yang Rp1,6 triliun pada sembilan bulan pertama 2020 sekarang menjadi Rp1,27 triliun. Memang dari revenue ada penurunan, tapi penurunan di COGS ini lebih banyak,” ujar Anindya.