Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (3/12/2021), menyusul aksi jual besar-besaran emiten teknologi besar.
Dilansir Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,17 persen ke level 34.580,08, sedangkan indeks S&P 500 ditutup melemah 0,84 persen ke 4.538,43.
Sementara itu, indeks Nasdaq ditutup melemah 1,92 persen ke level 15.085,47, dengan sejumlah saham teknologi besar anjlok. Saham Tesla Inc. merosot 6,5 persen , sedangkan Meta Platforms Inc, induk dari Facebook, mendekati pasar bearish setelah terjun 19,7 persen dari level tertingginya.
Saham Apple Inc. tergelincir 1,17 persen menyusul laporan bahwa ponsel sejumlah karyawan Departemen Luar Negeri AS diretas. Sementara itu, saham emiten China yang terdaftar di bursa ASZ merosot di tengah persiapan raksasa ride-hailing Didi Global Inc. untuk delisting.
Para pelaku pasar baru saja mencerna banyak hal selama beberapa hari terakhir, dari sikap hawkish Kepala Federal Reserve Jerome Powell hingga ketidakpastian mengenai bagaimana varian Omicron virus corona dapat memengaruhi pembukaan kembali ekonomi global.
Data non-farm payroll AS yang beragam tidak dapat berbuat banyak pun untuk mencegah serangan volatilitas yang intens. AS mencatat 210.000 lapangan kerja baru dibuka pada November 2021, lebih rendah dari perkiraan. Di sisi lain, tingkat pengangguran turun menjadi 4,2 persen.
Baca Juga
Hal ini dikarenakan ada persepsi bahwa data tidak akan menjadi game changer karena bank sentral kemungkinan akan menindaklanjuti dengan pengurangan pembelian aset yang lebih cepat di tengah peningkatan inflasi.
Kepala Investasi Independen Advisor Alliance Chris Zaccarelli mengatakan ekonomi cukup kuat, tetapi pasar tenaga kerja mencapai potensi penuhnya, dan kekuatan inflasi sudah meningkat.
“Itulah sebabnya The Fed merasa lebih mendesak untuk menyelesaikan tapering lebih awal," kata Chris, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (3/12/2021).
Di sisi lain, analis di eToro Ben Laidler mengatakan ini adalah pengingat ketidakpastian pada laju pemulihan tenaga kerja, yang akan memberi Federal Reserve jeda karena mempertimbangkan untuk mempercepat pengetatan kebijakan moneternya.