Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak melemah sebelum akhirnya rebound pada penutupan perdagangan Selasa pagi (30/1/2021) di Asia.
Pergerakan minyak tersebut dipengaruhi pandangan investor terkait dengan kemerosotan pasar minyak dan keuangan pada Jumat (26/11/2021) akibat tidak adanya lebih banyak data tentang varian baru virus Corona, Omicron.
Minyak mentah berjangka Brent stagnan di US$73,44 per barel atau naik 72 sen atau 1,0 persen, setelah anjlok US$9,50 pada akhir pekan lalu. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat US$1,80 atau 2,6 persen menjadi ditutup di US$69,95 per barel. WTI terpuruk US$10,24 di sesi sebelumnya.
Brent sempat melonjak di atas US$77 per barel, sementara minyak mentah AS menyentuh level tertinggi di atas US$72 per barel. Namun, kedua kontrak menyerahkan sebagian keuntungan mereka di akhir sesi.
Dalam perdagangan lanjutan, Brent sempat sebentar berubah menjadi berada wilayah negatif dengan volume tipis.
Penurunan pada Jumat (26/11/2021) adalah penurunan satu hari terbesar sejak April 2020, mencerminkan kekhawatiran bahwa larangan perjalanan terkait virus Corona akan menekan permintaan. Penurunan itu diperburuk oleh likuiditas yang lebih rendah karena libur AS.
Baca Juga
"Kami percaya bahwa penurunan harga minyak telah berlebihan," kata Analis di RBC Capital Markets Michael Tran. Tran mencatat bahwa penurunan tajam di level harga menunjukkan tingkat permintaan yang jauh lebih lemah daripada yang terlihat saat ini.
Jika varian baru dari virus tersebut terbukti resisten terhadap vaksin atau lebih menular daripada varian lain, itu dapat berdampak pada perjalanan, perdagangan, dan permintaan minyak.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan perlu waktu berminggu-minggu untuk memahami tingkat keparahan varian baru tersebut, meskipun seorang dokter Afrika Selatan yang telah merawat kasus mengatakan gejalanya sejauh ini tampak ringan.
Pejabat tinggi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya atau OPEC+, menggemakan pandangan itu. Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman al-Saud mengatakan dia tidak khawatir tentang Omicron, Asharq Business melaporkan.
Sementara itu, rekannya dari Rusia mengatakan dia melihat tidak perlunya tindakan mendesak di pasar. Omicron telah menciptakan tantangan baru bagi OPEC+, yang akan bertemu pada 2 Desember 2021 untuk membahas apakah akan melanjutkan peningkatan produksi minyak Januari yang dijadwalkan. OPEC+ telah menunda pertemuan teknis minggu ini untuk mendapatkan waktu guna menilai dampak Omicron.
Harga minyak jenis Brent telah merosot US$10 dalam dua minggu terakhir. Presiden Joe Biden mendesak warga Amerika untuk tidak panik tentang varian Omicron Covid-19 yang baru dan mengatakan Amerika Serikat bekerja dengan perusahaan farmasi untuk membuat rencana darurat jika vaksin baru diperlukan.