Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mengawali pekan ini bergerak di zona merah, melanjutkan tren bearish sejak akhir pekan lalu lantaran AS diperkirakan segera melepas cadangan strategisnya yang berpotensi menambah cadangan minyak AS.
Pada perdagangan Senin (15/11/2021), pukul 17.42 WIB, harga minyak di pasar West Texas Intermediate (WTI) tercatat turun 0,68 poin atau 0,84 persen ke US$80,11 per barel. Sedangkan, harga minyak Brent turun 0,82 poin atau 1 persen ke US$81,35 per barel.
Tim Riset Indonesia Commodity and Derivative Exchange (ICDX) mengatakan harga minyak terpantau masih melanjutkan tren bearish, dibebani oleh desakan agar AS segera melepas Cadangan Minyak Strategis (SPR) serta potensi peningkatan pasokan minyak dari AS.
Presiden AS Joe Biden terus mendapat desakan untuk segera memanfaatkan Cadangan Minyak Strategis dalam upaya mengatasi lonjakan harga bensin dan meredam inflasi AS yang berada pada laju tercepat dalam beberapa dekade.
Pemimpin Mayoritas Senat AS, Charles Schumer pada akhir pekan mengatakan bahwa tindakan tersebut dibutuhkan segera oleh konsumen karena harga minyak telah melonjak ke level tertinggi dalam tujuh tahun pada Oktober, yang mendorong percepatan inflasi di negara konsumen minyak terbesar dunia tersebut.
Berdasarkan data AAA, Harga bensin eceran AS mencapai rata-rata US$4 per galon untuk pertama kalinya dalam 13 tahun.
Baca Juga
Adapun, berdasarkan data Baker Hughes, jumlah rig minyak dan gas AS naik 6 rig menjadi 556 rig dalam sepekan, mencapai level tertinggi sejak April 2020 dan turut membebani harga minyak.
Data yang menjadi indikator awal produksi masa mendatang AS tersebut sekaligus mengindikasikan potensi peningkatan pasokan minyak dari AS.
Di sisi lain, Rosneft Rusia, perusahaan minyak terbesar kedua dunia setelah Saudi Aramco, pada Jumat (12/11/2021) memperingatkan potensi "siklus super" di pasar energi global, yang turut meningkatkan prospek harga minyak ke level yang lebih tinggi karena permintaan akan melebihi pasokan.
“Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak akan berada dalam kisaran resistance di IDR US$81,72- US$83,13 per barel serta kisaran support di US$78,90- US$78,20 per barel,” tulis tim riset ICDX dalam riset harian.