Bisnis.com, JAKARTA — Aktivitas penggalangan dana di pasar modal Tanah Air makin ramai dengan pertumbuhan yang hampir menyentuh 300 persen tahun ini.
Berita tentang peningkatan fundraising di Bursa Efek Indonesia menjadi salah satu berita pilihan editor di BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id
Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Selasa (9/11/2021):
Harga Bitcoin kembali ngegas dan mendekati rekor sebelumnya sehingga kapitalisasi pasarnya mengembang, kini menembus US$1,24 triliun.
Hingga Senin (8/11/2021) pukul 19:22 WIB, harga Bitcoin menyentuh US$65.940,19 atau naik 6,23 persen dalam perdagangan kemarin. Kenaikan ini mendorong nilai kapitalisasi pasarnya menyentuh US$1,24 triliun.
Di jajaran 10 aset berkapitalisasi pasar paling jumbo, delapan aset lain juga mencetak pertumbuhan secara harian.
Pasar kripto telah meningkat empat kali lipat dibandingkan dengan nilainya pada akhir 2020 lantaran investor sudah mulai nyaman dengan token yang sudah mapan seperti Ethereum dan Solana, sehingga meningkatkan ketertarikan kedua koin tersebut untuk diberikan fungsi-fungsi lain.
Pemulihan ekonomi ternyata terasa sampai ke pasar modal dengan realisasi penggalangan dana mencapai Rp273,93 triliun atau tumbuh 282,8 persen.
Berdasarkan laporan OJK pada Senin (8/11/2021), penghimpunan dana di pasar modal hingga 26 Oktober 2021 telah mencapai Rp273,93 triliun atau meningkat 282,8 persen dari periode yang sama di tahun lalu.
Pertumbuhan penghimpunan dana di pasar modal tersebut juga dirasakan dari bulan ke bulan. Di mana pada Agustus 2021 tercatat sebanyak Rp255,45 triliun lalu meningkat menjadi Rp266,82 triliun dan pada Oktober mencapai Rp273,93 triliun.
Sementara itu, OJK juga mencatatkan hingga Oktober 2021, telah tercatat 40 emiten baru yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk diperdagangkan di indeks harga saham gabungan (IHSG).
Harga batu bara acuan atau HBA terus mengalami reli yang luar biasa sepanjang tahun ini, meskipun secara global sempat terkoreksi dan mulai berada dalam tren penurunan. Keperkasaan emas hitam itu tak tergoyahkan karena masih menjadi incaran dunia.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batu bara acuan (HBA) November 2021 sebesar US$215,63 per metrik ton, dengan kenaikan hingga 33% dibandingkan dengan HBA Oktober US$161,63 per metrik ton.
Kenaikan HBA tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang 2021, dan mencetak rekor terbaru HBA sepanjang masa.
Di sisi lain, berdasarkan bursa ICE Newcastle harga batu bara termal untuk kontrak Desember 2021 mencapai US$161,50 per metrik ton. Harga itu naik dari penutupan perdagangan akhir pekan lalu, yakni US$153,60 per metrik ton.
Sepanjang 2021, rerata harga komoditas tersebut mencapai US$147,69 per metrik ton, dengan puncak tertinggi harga batu bara yang tercatat hingga US$272,50 per metrik ton pada 5 Oktober 2021 lalu.
Presiden Joko Widodo (kiri) dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Istana Merdeka./Antara
Ekspor minyak sawit mentah dan produk turunannya dari Indonesia selama ini kalah bersaing dengan Malaysia, yang telah lebih dahulu memiliki perjanjian dagang bebas dengan Turki.
Oleh karena itu, Kementerian Perdagangan mengebut perundingan Indonesia-Turkey Comprehensive Economic Partnership Agreement (IT-CEPA) guna meningkatkan potensi ekspor minyak sawit dan produk turnannya ke negara Eurasia itu.
Terlebih, melalui kemitraan komprehensif ini, negara bekas Kesultanan Utsumaniyah itu memiliki nilai strategis bagi Indonesia untuk dijadikan sebagai hub ekspor minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) serta produk turunannya.
IT-CEPA dapat dijadikan sebagai pintu masuk komoditas CPO Indonesia ke sejumlah negara tetangga Turki.
Ke depannya diharapkan Indonesia dapat berinvestasi di sektor penyulingan berbasis minyak sawit untuk memenuhi industri Turki atau dijual ke negara di sekitar Turki.
Dibangunnya proyek sistem komunikasi kabel laut (SKKL) internasional senilai Rp12,6 triliun oleh Moratelindo menjadi pertaruhan Indonesia sebagai hub konektivitas dunia pada 2025, serta upaya mengoptimasi kecepatan akses internet melalui infrastruktur kabel serat optik bawah laut sepanjang 22.000 km.
Ini merupakan pembangunan proyek serat optik Trans-Pasifik terpanjang di Tanah Air yang terhubung hingga ke Singapura, Australia, dan Amerika Serikat.
Proyek SKKL internasional tersebut akan didorong lebih dalam sehingga dapat menjangkau lebih banyak daerah di Indonesia.
Biaya pembangunan SKKL per kilometernya kurang lebih mencapai US$40.000 atau sekitar Rp572 juta. Dengan kata lain, jika panjang SKKL mencapai 22.000 kilometer, biaya yang dihabiskan sekitar US$880 juta atau Rp12,6 triliun.