Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja emiten produsen rokok PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) pada kuartal III/2021 berada di bawah ekspektasi analis dan konsensus.
Per kuartal III/2021, HM Sampoerna membukukan pertumbuhan penjualan bersih senilai Rp72,5 triliun, tetapi, mengalami penurunan laba bersih 19,62 persen secara tahunan menjadi Rp5,55 triliun di kuartal III/2021.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto dalam risetnya mengatakan, sepanjang 9 bulan 2021 HM Sampoerna hanya berhasil meningkatkan pendapatan per batang sebesar 2,6 persen yoy. Sementara, total beban cukai tumbuh 14 persen year on year (yoy) pada periode yang sama.
"Oleh karena itu, tekanan pada marjin kotor menyebabkan pendapatan 9 bulan 2021 lebih rendah," kata Natalia dalam risetnya, dikutip Rabu (3/11/2021).
Natalia melanjutkan, semua kategori produk emiten berkode saham HMSP ini membukukan pertumbuhan pendapatan positif di 9 bulan 2021. Sigaret putih mesin (SPM) membukukan pertumbuhan tertinggi sebesar 7,3 persen yoy, diikuti oleh sigaret kretek tangan (SKT) yang naik 7,1 persen yoy dan sigaret kretek mesin (SKM) yang naik 6,3 persem yoy.
Dia menjelaskan, pada 2021, kenaikan cukai bagi produsen rokok lapis 1 berkisar antara 17-18 persen. Namun, HMSP hanya berhasil meningkatkan pendapatan per batang di 9 bulan 2021 sebesar 2,6 persen yoy, sementara total beban cukai tumbuh sebesar 14 persen dalam periode yang sama. Akibatnya, marjin kotor 9M21 turun menjadi 17,6 persen.
Baca Juga
"Intinya, HMSP membukukan laba bersih 9 bulan 2021 yang lebih rendah menjadi Rp5,5 triliun, turun 19,6 persen yoy. Penghasilan 9 bulan 2021 adalah 65 persen dari perkiraan full year 2021 kami dan 68 persen dari perkiraan konsensus, yaitu di bawah ini," tutur dia.
Sepanjang 2021, kata dia, SKT dan SKM high tar HMSP memperoleh pangsa pasar, yang menjadi indikasi berlanjutnya perdagangan di industri, menyusul kenaikan harga jual. Ke depan, menurutnya kontribusi yang kuat dari SKT harus menguntungkan HMSP dan mempertahankan margin.
Di sisi lain, pihaknya melihat tantangan yang dihadapi pangsa pasar SKM HMSP berupa peningkatan pangsa pasar Sampoerna A, sebagian mengimbangi pangsa pasar yang lebih rendah dari produk nilai SKM perusahaan yaitu Dji Sam Soe Magnum Mild.
"Dengan demikian, kami memperkirakan perusahaan akan mulai menaikkan harga pada kuartal IV/2021 untuk mempertahankan margin. Menyusul melemahnya kinerja 9 bulan 2021 dengan margin yang lebih rendah, kami merevisi turun estimasi pendapatan 2021 kami sebesar 14 persen," ujarnya.
BRI Danareksa Sekuritas pun mempertahankan rekomendasi hold saham HMSP, dengan target harga saham yang lebih rendah, yakni Rp1.000.
Lebih lanjut, Natalia mengatakan, isu cukai yang mencuat akan tetap ada, hingga keluarnya peraturan cukai 2022. Banyak pelaku industri yang mengupayakan tidak ada kenaikan cukai pada 2022, untuk mendukung petani tembakau dan pekerja di industri rokok.
"Menurut pandangan kami, tarif cukai rokok harus dinaikkan untuk mencapai pertumbuhan 11,9 persen yoy dalam target penerimaan cukai tahun fiskal 2022," kata dia.