Bisnis.com, JAKARTA - Calon emiten perkebunan PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) mematangkan rencana penawaran umum saham perdana atau IPO pada kuartal IV/2021. Perseroan diperkirakan mengincar dana Rp2 triliun.
Komisaris Nusantara Sawit Sejahtera Robiyanto mengatakan PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) berencana menggelar IPO pada Kuartal IV/2021 seiring dengan momentum penguatan harga CPO.
"NSS menilai, sekarang adalah waktu yang tepat untuk melepas saham ke publik. Terutama melihat dari potensi kenaikan harga CPO menyusul kenaikan kebutuhan minyak nabati dunia," ujarnya dalam siaran pers, Rabu (3/11/2021).
Di sisi lain, dari internal perusahaan ada kebutuhan modal untuk memperkuat kapasitas usaha guna memanfaatkan peluang bisnis di industri kelapa sawit yang sangat besar, yaitu menambah pabrik kelapa sawit (PKS) dan kegiatan penelitian dan pengembangan.
“Untuk lembar saham masih digodok terus. Kami perkirakan free float sekitar 40 persen. Kami membidik kapitalisasi pasar setelah IPO sudah mencapai Rp 5 triliun. Dana IPO diperkirakan Rp 2 triliun. Harga penawaran diperkirakan di sekitar Rp135 hingga Rp150 per lembar,” tambahnya.
Robiyanto mengatakan, penelitian diperlukan untuk meningkatkan produktivitas lahan milik perusahaan juga milik petani rakyat di sekitar perusahaan.
Baca Juga
NSS berupaya meningkatkan produktivitas sawit nasional tidak hanya di kebun milik sendiri, tetapi juga tanaman petani, yang saat ini selisihnya masih sangat jauh di bawah kebun perusahaan.
“Keunggulan NSS adalah umur tanaman masih 7 tahun. Ini artinya lagi produktif dan masa produktifnya masih panjang. Ibaratnya sedang mekar-mekarnya. Kualitas CPO premium, serta lokasi strategis karena dekat dengan bandara, pelabuhan dan perkebunan,” terangnya.
Dia menjelaskan NSS didirikan pada tahun 2008 dengan 5 lokasi perkebunan di Provinsi Kalimantan Tengah. Perusahaan fokus memproduksi Tandan Buah Segar (TBS), Minyak Sawit Mentah (CPO) dan Inti Sawit (PK) dengan standar kualitas tinggi.
Kepala Riset Praus Capital, Alfred Nainggolan menyampaikan ahun ini dinilai sebagai tahun yang tepat untuk mengoleksi saham perusahaan kelapa sawit, baik saham yang mau IPO, ataupun sudah existing di Bursa Efek Indonesia.
“Dalam kondisi harga komoditas sawit yang all time high, tentu menjadi waktu yang tepat bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk memanfaatkan momentum. Sementara bagi investor, ini peluang untuk dapat cuan dari investasi di saham perusahaan kelapa sawit,” imbuhnya.
Selain dari posisi harga sawit yang saat ini sedang tinggi, karakteristik kelapa sawit yang memiliki produk turunan beragam membuat prospek permintaan CPO akan solid ke depannya.
“Dan terakhir, komitmen pemerintah untuk mengembangkan industri turunan CPO di Tanah Air, menjadi peluang yang sangat positif bagi perusahaan CPO di Indonesia,” terang Alfred Nainggolan.
Alfred memaparkan setidaknya ada tiga alasan utama mengapa saham perusahaan perkebunan sangat menarik saat ini. Pertama, saat ini industri perkebunan sedang dalam masa booming commodity price, seperti CPO yang menyentuh level tertingginya menembus 5.000 ringgit per ton.
Kedua, dari sisi industri, produk CPO memiliki banyak turunan sehingga bagus untuk stabilitas harga CPO ke depannya. Banyaknya produk turunan menjadi potensi pengembangan usaha perusahaan perkebunan sawit sangat besar. Penggunaan CPO untuk produk makanan, kosmetik dan bahan bakar tentu membuat penyerapan produk CPO akan stabil dan meningkat.
Ketiga, sebagai produsen CPO terbesar di dunia, industri kelapa sawit Indonesia telah memberlakukan moratorium lahan sawit baru. Tentu ini kondisi akan menguntungkan harga sawit ke depannya, karena mengerem suplai di tengah kenaikan permintaan sawit global.