Bisnis.com, JAKARTA — Para pemimpin G20 menyetujui penetapan pajak minimal 15% yang akan dikenakan kepada perusahaan-perusahaan besar yang akan diberlakukan mulai tahun depan.
Pakta tersebut disetujui oleh semua pemimpin yang menghadiri KTT G20 di Roma, Italia, pada Minggu (31/10/2021) dini hari WIB. Perubahan iklim dan Covid juga menjadi agenda KTT, yang merupakan pertemuan langsung pertama para pemimpin sejak awal pandemi.
Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi Bisnisindonesia.id.
Berikut intisari dari top 5 News Bisnisindonesia.id yang menjadi pilihan editor, Rabu (27/10/2021):
1. Para Pemimpin G20 Sepakati Pajak Perusahaan Besar Minimal 15%
Para pemimpin dari 20 ekonomi utama dunia (G20) menyetujui perjanjian global yang akan melihat keuntungan bisnis besar dikenakan pajak setidaknya 15%. Ini mengikuti kekhawatiran bahwa perusahaan multinasional mengarahkan kembali keuntungan mereka melalui yurisdiksi pajak yang rendah.
Pakta tersebut disetujui oleh semua pemimpin yang menghadiri KTT G20 di Roma, Italia, pada Minggu (31/10/2021) dini hari WIB. Perubahan iklim dan Covid juga menjadi agenda KTT, yang merupakan pertemuan langsung pertama para pemimpin sejak awal pandemi.
Namun, kelompok G20—yang terdiri atas 19 negara dan Uni Eropa—tak dihadiri Presiden China Xi Jinping dan Pesiden Vladimir Putin yang memilih tampil melalui tautan video.
2. Ditanya Soal Kematian Akibat Covid-19, Ini Jawaban Jujur Jokowi
Gelombang Covid-19 terparah di Indonesia pada Juli 2021 menimbulkan puluhan ribu kasus positif dan ribuan pasien Covid-19 yang meninggal dunia. Ketidakmampuan rumah sakit mengatasi lonjakan kasus Covid-19 menjadi hal yang nyata.
Presiden Joko Widodo mengakui belum baiknya fasilitas kesehatan di Indonesia yang menjadi faktor utama tingginya kematian akibat Covid-19 saat puncak kasus pada Juli 2021.
"Memang saat itu rumah sakit kita dan fasilitas kesehatan kita penuh dan tidak mampu menampung. Saat itulah terjadi kematian yang sangat banyak. Menurut saya fasilitas kesehatan kita yang belum baik," ujarnya saat wawancara dengan BBC yang diunggah di Youtube pada Jumat (29/10/2021).
3. Sejumlah Emiten Akhirnya Bangkit dan Kantongi Laba
Tren munculnya platform aplikasi serba bisa yang memiliki layanan finansial dalam ekosistemnya.
Deputi Komisioner OJK Institute dan Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Imansyah menyebut tren maraknya teknologi finansial (tekfin) dalam aplikasi serba bisa merupakan keniscayaan, baik yang dikembangkan murni oleh pemain lembaga keuangan atau tekfin maupun dari platform sektor lain yang pada akhirnya merambah tekfin ekosistemnya.
"Sebagai contoh, super apps dari platform ride-hailing yang tadinya di sektor transportasi, sekarang bisa sampai memberikan layanan finansial, asuransi, sampai investasi. Jadi di era digital ini tampak perilaku konsumen sebegitu pentingnya, untuk meningkatkan kapasitas platform dalam berekspansi dan menempatkan dirinya di posisi bisnis yang lebih baik," jelasnya.
4. Platform Tekfin Menjamah Aplikasi Serba Bisa
Bisnis jasa pengiriman yang tumbuh makin pesat di era pandemi dan digital selama ini telah mendorong kinerja keuangan PT Adi Sarana Armada Tbk. hingga mencapai tingkat pertumbuhan yang cukup pesat.
Emiten transportasi dan logistik dengan kode saham ASSA ini konsisten membukukan pertumbuhan di atas 50% dibandingkan dengan tahun sebelumnya hingga periode 9 bulan tahun ini.
Berkaca dari realisasi kinerja hingga September 2021, pendapatan ASSA mengalami kenaikan 61,6% dari periode yang sama pada 2020 atau secara year-on-year (YoY) menjadi sebesar Rp3,5 triliun.
Sementara itu, laba bersih tercatat sebesar Rp69,4 miliar atau tumbuh sebesar 233,5% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.
"Kami optimis pencapaian ini akan berlanjut hingga akhir tahun, di mana awalnya kami menargetkan pendapatan ASSA tumbuh 25%-30% di tahun ini," kata Direktur Keuangan Adi Sarana Armada Hindra Tanujaya, Minggu (31/10).
5. Rahasia ASSA Pacu Pertumbuhan di Atas 50%
Roda ekonomi yang agak mulai kencang turut mendorong kinerja sejumlah perusahaan terbuka. Mereka yang terpuruk selama pandemi akhirnya bangkit dan mengantongi laba.
Salah satunya yaitu PT Trimegah Karya Pratama Tbk. (UVCR) atau Ultra Voucher yang mampu mencetak pendapatan sebesar Rp592,84 miliar pada kuartal III/2021. Dengan begitu, emiten aggregator voucher diskon digital itu mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 142% secara tahunan (year on year/YoY).
Lonjakan pendapatan itu pun turut melambungkan capaian bottom line perseroan, yang semula merugi Rp3,99 miliar menjadi laba sebesar Rp 4,90 miliar secara yoy. Direktur Utama Ultra Voucher, Hady Kuswanto, menjelaskan kenaikan pendapatan itu ditopang oleh pertumbuhan di empat kanal distribusi perseroan yaitu peningkatkan jumlah pelanggan B2B Korporasi, reseller, pengguna aplikasi, dan pelanggan e-commerce.
Menurutnya segmen e-commerce memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar Rp254 miliar atau 42% dari total pendapatan. Kanal distribusi B2B berkontribusi sekitar 24%, sedangkan kanal reseller 11,5% dan mobile apps 21,4%.
“Pencapaian positif ini adalah hasil dari upaya kami yang secara konsisten berusaha meningkatkan jumlah pelanggan. Transformasi kami lakukan lewat berbagai inovasi dan aksi korporasi, termasuk kerja sama strategis sebagai bagian dari pengembangan bisnis,” jelas Hady dalam keterangan resmi, Rabu (27/10/2021).