Bisnis.com, JAKARTA - Pasar modal Indonesia membuka peluang kerja sama dengan London Stock Exchange. Diharapkan progres kerja sama terjadi pekan depan.
Direktur Bakrie Group sekaligus Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia, Anindya Bakrie menyebutkan pemerintah, OJK, dan Kadin mengunjungi London Stock Exchange
"Bersama Pemerintah, OJK dan Ketum Arsjad Rasjid /Kolega Kadin Indonesia berdialog bersama petinggi London Stock Exchange mengenai Capital Raising secara umum, termasuk Sustainable/Green Financing sampai Islamic Financing," papar Anin dalam akun twitternya, Sabtu (30/10/2021).
Kunjungan bersama itu dilakukan dalam rangka Capital Market Day di London, Inggris, pada Jumat (29/10/2021). Hadir dalam acara itu Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan, Ketua Kadin Indonesia Arsyad Rasjid dan sejumlah pemimpin Himbara.
Acara tersebut juga dihadiri CEO London Stock Exchange (LSE) Group Murray Roos dan Steven Marcellino Pimpinan Global Indonesian Professionals' Association (GIPA) serta kalangan pengusaha di Inggris.
Anin pun berharap kerja sama antara Bursa London dan Pasar Modal Indonesia dapat berlangsung pekan depan, dalam ajang United Nations Climate Change Conference di Glasgow. Acara tersebut berlangsung pada 31 Oktober-12 November 2021.
Baca Juga
"Mudah mudahan di Glasgow minggu depan ada perkembangan baik mengenai kerjasama antar pasar modal dari kedua negara," imbuhnya.
London (Stock Exchange) is calling…
— Anindya N. Bakrie (@anindyabakrie) October 29, 2021
Bersama Pemerintah, OJK dan Ketum Arsjad Rasjid /Kolega Kadin Indonesia berdialog bersama petinggi London Stock Exchange mengenai Capital Raising secara umum, termasuk Sustainable/Green Financing sampai Islamic Financing. pic.twitter.com/byuRBzD2Hx
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengajak investor mancanegara untuk menanamkan investasinya di pasar modal Indonesia seiring dengan prospek pemulihan ekonomi.
Dalam acara Capital Market Day di London, Inggris, Jumat (29/10/2021), Wimboh menjelaskan, kepercayaan investor terhadap pasar modal dan perekonomian Indonesia terlihat dari nilai penghimpunan dana yang hingga 26 Oktober 2021 mencapai Rp273,9 triliun dan 40 emiten baru yang telah melakukan penawaran umum.
Jumlah ini melampaui perolehan di tahun 2020 sebesar Rp118,7 triliun. Selain itu, pasar modal juga mencatat lonjakan pertumbuhan investor pasar modal terutama dari kalangan milenial. Hingga 21 September 2021 tercatat investor di pasar modal Indonesia sebanyak 6,4 juta orang atau tumbuh 100,51 persen (yoy).
“Oleh karena itu, kami mengajak anda berinvestasi di Indonesia khususnya di pasar modal dan menikmati hasil investasi yang baik,” kata Wimboh, dikutip dari keterangan resminya, Sabtu (30/10/2021).
Menurutnya, Pemerintah Indonesia telah memberikan banyak insentif investasi seperti pengurangan tarif 2 persen dari pajak penghasilan badan untuk emiten, pengurangan pajak atas bunga obligasi korporasi dari 20 persen menjadi 10 persen dan juga omnibus law yang sangat menyederhanakan perizinan untuk investor global.
Di samping itu, pemerintah juga terus membangun infrastuktur guna mempermudah akses dan meningkatkan efisiensi yang akan menambah keuntungan bagi para investor.
Wimboh juga mengatakan OJK akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mengoptimalkan peran pasar modal, antara lain melalui dukungan penyusunan kebijakan yang akomodatif bagi start-up dan perusahaan teknologi berskala unicorn untuk melakukan IPO di bursa.
OJK bersama pemangku kepentingan juga melakukan pembentukan Securities Crowdfunding (SCF) untuk UMKM, menerbitkan kerangka regulasi untuk Bank Digital, memperbarui pengaturan peer to peer lending dan meninjau pengaturan insurtech.
Dalam acara yang sama, Menko Luhut menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh positif 7,07 persen (yoy) pada kuartal II/2021, diperkirakan hingga akhir tahun pertumbuhan mencapai 3,7 persen– 4,5 persen.
“Pertumbuhan ekonomi nasional pada 2Q2021 tercatat sebesar 7,07 persen (yoy), membaik dari kinerja pada kuartal I.2021 yang mengalami kontraksi sebesar 0,71 persen (yoy).
Peningkatan permintaan domestik yang cukup signifikan menjadi sumber utama perbaikan kinerja PDB dengan seluruh komponen sisi permintaan menunjukkan pertumbuhan yang solid, terutama komponen konsumsi rumah tangga dan pemerintah.” kata Luhut dalam paparannya.