Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja keuangan sejumlah bank besar yang telah merilis laporan keuangan mereka untuk periode 9 bulan tahun ini menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan. Kondisi ini bakal makin meningkatkan daya tarik saham bank di masa mendatang.
Berita tentang prospek saham emiten bank besar menjadi salah satu berita pilihan editor di BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id
Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Jumat (29/10/2021):
Kemenkominfo dikabarkan berencana membuat regulasi khusus yang mengatur soal pangkalan data atau data center. Salah satu kabar yang menyeruak adalah kemungkinan data center dijadikan objek pungutan penerimaan negara bukan pajak atau PNBP.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menilai jika pangkalan data diregulasi, terbuka peluang bisnis pangkalan data akan menjadi objek PNBP.
Hal itu akan menjadi polemik tersendiri mengingat selama ini regulasi pangkalan data masih sama dengan bisnis properti pada umumnya.
Seandainya bisnis pangkalan data diatur dalam regulasi teknis, bisnis bangunan ruang penyimpanan data menjadi sedikit terhambat perkembangannya, padahal investasi data center sedang sangat semarak saat ini.
Pemerintah Indonesia berkomitmen dan mendukung program penghentian lebih dini operasi pembangkit listrik tenaga uap untuk pengembangan energi baru dan terbarukan.
Namun, untuk memensiunkan PLTU lebih dini, pemerintah akan membutuhkan dana Rp3.500 triliun.
Hal ini akan membutuhkan seluruh usaha dan jalur pendanaan, termasuk APBN dan bantuan komunitas internasional. Oleh karena itu, gelaran 26th UN Climate Change Conference of the Parties (COP26) di Glasgow diharapkan bisa menjadi awal bagi perwujudan hal tersebut.
Secara konkret, pembiayaan internasional diharapkan bisa dilakukan melalui penerbitan obligasi hijau (green bond) dan Sustainable Development Goals (SDG) bond. Pemerintah berharap obligasi ini bisa dibeli oleh para investor global dengan biaya atau kupon yang rendah.
Pekerja melintas di depan tempat penguapan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nagan Raya, di Nagan Raya, Aceh, Senin (28/9/2020). PLTU Nagan Raya memproduksi sekitar 220 Megawatt yang didistribusikan ke sejumlah unit transmisi untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di seluruh Aceh. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
Sebagian besar emiten perbankan yang telah melaporkan kinerja keuangannya untuk periode 9 bulan tahun ini mencatatkan pemulihan kinerja yang signifikan secara tahunan. Hal ini pun membuka ruang bagi pertumbuhan kinerja saham mereka di masa mendatang.
Di kalangan BUMN, laba PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) tumbuh paling tinggi, yakni 79,3% YoY menjadi Rp7,75 triliun. Sementara itu, di kalangan bank swasta, ada PT BTPN Syariah Tbk. (BTPS) yang meroket 116,2% YoY menjadi Rp1,1 triliun.
Meski begitu, secara nilai, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) masih rajanya dengan capaian laba bersih Rp23,2 triliun.
Dengan kinerja laba bank besar yang rata-rata positif, peluang berlanjutnya pertumbuhan ekonomi menjadi lebih terbuka. Sejumlah saham di kalangan bank besar ini pun menjadi layak beli bagi investor.
Kinerja ekspor Indonesia berpotensi terganggu risiko stagflasi, sebagai imbas naiknya permintaan global pascakarantina wilayah di berbagai mitra dagang yang terjadi bersamaan dengan belum pulihnya pasokan barang di banyak negara.
Sekadar catatan, stagflasi merupakan rentang di mana inflasi dan kontraksi ekonomi terjadi secara bersamaan. Biasanya, situasi ini dibarengi dengan ledakan pengangguran.
Di tengah ancaman stagflasi di banyak negara mitra dagang, langkah darurat yang perlu diambil Indonesia saat ini bukanlah meningkatkan produksi untuk mengejar pemenuhan ledakan permintaan, tetapi meningkatkan produktivitas atau output industri berorientasi ekspor.
Digitalisasi dalam dunia perbankan kini menjadi sebuah keharusan, bukan lagi pilihan. Kolaborasi antarpelaku industri jasa keuangan tak bisa lagi dilihat sebagai persaingan, tetapi sebagai faktor kunci dalam menumbuhkan ekosistem.
Para pelaku fintech atau teknologi finansial (tekfin) merupakan para spesialis di bidang masing-masing. Untuk masuk ke dalam ekosistem digital yang lebih luas, diperlukan kolaborasi antara bank dengan tekfin dalam hal pembiayaan.
Kolaborasi menjadi penting bagi bank digital karena masyarakat dinilai belum siap dalam mengadopsi layanan digital perbankan.
Untuk itu, tekfin memiliki peran penting dalam menyediakan akses layanan keuangan yang efisien dan praktis.