Bisnis.com, JAKARTA - Emiten petrokimia PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) menerbitkan Obligasi Berkelanjutan III tahap IV tahun 2021 senilai 1 triliun. Penerbitan obligasi ini terbagi atas tiga seri.
Seri A ditawarkan sebanyak Rp266,95 miliar dengan tenor 5 tahun dan tingkat bunga tetap 7,20 persen per tahun.
Sementara itu, seri B ditawarkan perseroan dengan nilai pokok Rp581,50 miliar, tingkat bunga tetap 8,20 persen per tahun dan bertenor 7 tahun. Kemudian seri C diterbitkan dengan nilai pokok Rp151,55 miliar, tingat bunga tetap 9 persen per tahun dan bertenor 10 tahun.
Manajemen Chandra Asri dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) menjelaskan, perseroan kali ini ingin memberikan suatu opsi investasi kepada calon atau eksiting investor atas penawaran obligasi dengan tenor lebih panjang.
"Biasanya memang tenor yang kami tawarkan adalah 3 tahun, 5 tahun, dan 7 tahun di mana memang mendapat penerimaan yang sangat baik dari para investor institusi maupun retail dari dalam negeri," kata Manajemen TPIA, Selasa (12/10/2021).
Penerbitan obligasi bertenor panjang ini memiliki dua alasan. Pertama, Manajemen TPIA memandang investasi di surat utang akan lebih baik jika berjangka panjang, untuk memberi kesempatan mendapatkan yield yang lebih tinggi.
"Dan seperti yang kita ketahui, sekarang trennya adalah yield rendah karena faktor dinamika makro ekonomi," tulis Manajemen TPIA.
Baca Juga
Kedua, Manajemen TPIA ingin menyeragamkan kebutuhan Chandra Asri, karena saat ini TPIA sedang dalam posisi mempersiapkan segala sesuatu dalam menyambut pembangunan CAP 2.
Proyek CAP 2 ini diperkirakan memakan waktu 4-5 tahun dan ditargetkan rampung pada 2026 atau 5 tahun dari sekarang.
"Kalau kami menerbitkan obligasi 5 tahun terasa menjadi kurang ideal, bagi kami tenor 7 atau 10 tahun lebih ideal dan menjadi alternatif menarik bagi para investor," tutur Manajemen TPIA.
Adapun umpan balik yang diterima TPIA dari bookbuilding sangatlah baik, terlihat dari banyaknya minat pada tenor 10 tahun.
Dari hal tersebut, TPIA mempelajari bahwa investor dalam negeri tidak menghindari tenor panjang, tetapi, keputusan berinvestasi kembali lagi ke masing-masing investor, apakah cocok atau tidak dengan kebutuhan mereka.