Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SSMS Membelanjakan Capex Rp302 Miliar dan Menjajaki Ekspansi Bisnis

Belanja modal tersebut untuk memperkuat kinerja operasional perusahaan.
Petani membawa kelapa sawit hasil panen harian di kawasan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Rabu (11/5). Bisnis/Nurul Hidayat
Petani membawa kelapa sawit hasil panen harian di kawasan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Rabu (11/5). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA- PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) pada Agustus 2021 merealisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp302,50 miliar atau sebesar 55% dari total anggaran belanja modal perseroan sebesar Rp550 miliar.

Corporate Secretary SSMS, Swasti Kartikaningtyas mengatakan belanja modal SSMS di semester I/2021 itu digunakan untuk membiayai pembangunan, pemeliharaan infrastruktur perkebunan, dan membeli alat-alat berat yang menunjang efektivitas operasional perkebunan untuk menghasilkan tandan buah segar (TBS) berkualitas dan kuantitas yang baik, agar dapat memaksimalkan pasokan TBS pada kapasitas pabrik kelapa sawit (PKS). 

“Selain itu, capex digunakan untuk membiayai perawatan jalan perkebunan agar kondisi jalan menuju refinery perseroan semakin lancar sehingga mempercepat distribusi crude palm oil (CPO) yang terjaga kualistanya,” ujar Swasti di Jakarta, Rabu (22/9/2021). 

Perseroan pada semester II tahun ini berencana mengalokasikan capex untuk menyokong pertumbuhan operasional dan pengembangan bisnis. Swasti mengatakan pengembangan bisnis ini seiring dengan rencana SSMS untuk menjajaki ekspansi bisnis di semseter II/2021, antara lain rencana penambahan luas lahan perkebunan kelapa sawit, khususnya di Kalimantan Tengah. 

“Saat ini total luas kebun inti perseroan mencapai 68.880 hektare. Kami tetap membuka peluang apabila ada momentum untuk pengembangan bisnis dan profit. Mengingat adanya moratorium lahan, SSMS terbuka dalam penambahan lahan perkebunan dan ekspansi perkebunan sawit asalkan sejalan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan yang sudah diterapkan oleh SSMS,” tutur Swasti.

Untuk produksi CPO, Swasti menjabarkan SSMS memproyeksikan produksi CPO pada kuartal II/2021 meningkat sekitar 7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. “SSMS terus mengupayakan peningkatan produksi CPO dapat melebihi dari tahun sebelumnya, sejak awal kami menargetkan meningkat sekitar 10-15%, atau sekitar 515.000 metrik ton (MT) dari 8 PKS milik perseroan. Sekedar mengingatkan, realisasi produksi CPO SSMS di tahun lalu sebesar 448.185 MT,” ucap Swasti. 

Dengan momen harga CPO yang cukup tinggi, SSMS terus mengupayakan penjualan CPO dapat melampaui realisasi penjualan CPO di tahun lalu. Permintaan dan penjualan CPO SSMS masih sangat baik. Ini tecermin dari penjualan CPO pada Juni 2021 yang diperkirakan meningkat sekitar 31% dibandingkan periode yang sama tahun 2020. Selain peningkatan harga CPO, sentimen positifnya adalah meningkatnya harga komoditi internasional, seperti meningkatnya harga palm kernel (PK) dan palm kernel oil (PKO). 

SSMS merealisasikan penjualan PK dan PKO pada Juni 2021 juga diperkirakanSwa cukup tinggi, tetapi sementara untuk nilai pasti penjualan dan laba bersih kuartal II tahun ini akan segera dipublikasikan oleh perseroan. “Karena, saat ini kami sedang dalam proses audit (limited review) yang dilakukan oleh auditor eksternal, yakni Ernst & Young (E&Y). Kami sampaikan hasilnya apabila sudah bisa dipublikasikan,” sebut Swasti. Selain itu, average selling price (ASP) CPO  yang dicapai SSMS pada kuartal II/2021 itu masih meningkat sekitar 16,2% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 

Swasti menyebutkan SSMS pada semester kedua ini akan memanfaatkan momentum musim panen dengan memprioritaskan penjualan CPO ke hilir, yaitu PT Citra Borneo Utama (CBU), anak usaha perseroan yang bisnisnya bergerak di hilirisasi minyak sawit mentah atau CPO.  “Karena permintaan produk yang diproduksi CBU ini semakin meningkat setiap tahunnya, terutama setelah ditandatanganinya Offtake Agreement dengan salah satu perusahaan holding besar dari China pada Mei 2021. Hal tersebut sangat menguntungkan bagi SSMS dan CBU,” imbuh Swasti. 

Saat ini, CBU  telah diarahkan untuk dilakukan pengujian sertifikasi standar prinsip-prinsip keberlanjutan, guna memenuhi strandarisasi internasional mengenai bisnis yang berkelanjutan. Dengan CBU akan mendapatkan sertifikasi pemenuhan prinsip keberlanjutan, maka seluruh rangkaian proses bisnis baik dari pemasok (supply chain) maupun produk yang dihasilkan telah memenuhi proses standarisasi internasional. Berikutnya, SSMS tetap melakukan penjualan kepada pihak ketiga, dengan adanya peningkatan harga CPO dan penurunan pungutan ekspor dari pemerintah akan memiliki dampak positif untuk penjualan ekspor CPO dari SSMS kepada konsumen.

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper