Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah ditutup menguat pada Selasa (21/9/2021) seiring dengan pelemahan dolar AS dan keputusan Bank Indonesia memertahankan suku bunga acuan.
Rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan menguat 0,04 persen atau 5 poin ke Rp14.237,50 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS terpantau melemah 0,05 persen ke level 93,23.
Sementara itu, kurs Jisdor pada 21 September 2021 ditetapkan di level Rp14.244 per dolar AS, naik dari harga kemarin Rp12.251 per dolar AS.
Kemarin, Senin (20/9/2021), mata uang Garuda ditutup melemah di hadapan dolar AS sebanyak 20 poin ke level Rp14.242 per dolar AS, tertekan penguatan dolar AS menjelang pertemuan Federal Reserve (FOMC) pada 21-22 September 2021 yang memperkuat sinyal tapering.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengingatkan adanya sejumlah risiko terkait dengan krisis Evergrande yang dapat berdampak pada pasar di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satunya adalah potensi risk-off sentimen dari investor global ke emerging markets.
Risk-off sentiment atau sentimen yang membuat para investor dan trader lebih dominan mengambil langkah untuk menghindari risiko dengan cara menarik dananya dari bursa saham.
Baca Juga
Dengan adanya krisis pada perusahaan Evergrande, Faisal melihat sentimen risk-off akan memberikan tekanan terhadap yaitu naiknya imbal hasil obligasi (bond yield), rendahnya harga ekuitas, dan pelemahan rupiah.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7 days reserve repo rate (BI-7DRR) di level 3,50 persen. Keputusan ditetapkan sebagai hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang terselenggara pada 20-21 September 2021.
Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan bank sentral juga pertahankan suku bunga deposit facility sebesar 2,75 persen dan suku bunga lending facility sebesar 4,25 persen.