Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham BBCA dan TLKM Jadi Favorit Asing saat IHSG Ambrol 1 Persen Lebih

Saham BBCA dan TLKM masih diborong investor asing, di tengah aksi jual terhadap saham big caps lainnya yang turut meruntuhkan laju IHSG.
Karyawan memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/3/2021). Bisnis/Abdurachman
Karyawan memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/3/2021). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah saham big caps seperti BBCA dan TLKM masih menjadi favorit investor asing meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah mengikuti tren Bursa Asia pada Senin (20/9/2021).

IHSG tercatat merosot ke level 6.061 di akhir sesi I, turun 1,17 persen atau 72,81 poin. Sepanjang sesi, indeks bergerak di rentang 6.057,19-6.133,17.

Tercatat, 132 saham menguat, 385 saham melemah, dan 139 saham tidak mengalami perubahan. Investor asing membukukan jual bersih senilai Rp32,12 miliar di seluruh pasar.

Investor asing tercatat melepas saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dengan net sell Rp21,8 miliar, atau terbanyak pada penutupan sesi I. Lalu diikuti saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) sebanyak Rp18,6 miliar, dan PT HM Samporena Tbk. (HMSP), Rp12 miliar, dan PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) Rp10,1 miliar.

Saham BBNI turun 2,83 persen, BMRI turun 1,65 persen, HMSP turun 1,55 persen, dan BRPT turun 3,41 persen.

Di sisi lain, investor asing masih memburu saham big caps lainnya seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dengan net buy Rp36,6 miliar, terbesar pada sesi I. Saham BBCa pun naik 0,54 persen menjadi Rp32.775.

Selanjutnya, investor asing memburu saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dengan net buy Rp33,6 miliar. Namun, saham TLKM koreksi 0,85 persen menjadi Rp3.500.

Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan, pelemahan IHSG mengikuti mayoritas saham Asia yang turun, di tengah meningkatnya kekhawatiran atas stabilitas pemulihan ekonomi global akibat penyebaran varian Delta.

"Indeks Hang Seng merosot hampir 4 persen, diperdagangkan pada level terendah hampir 11 bulan, karena China mempertahankan tindakan kerasnya di berbagai industri dalam pertemuan pribadi dengan para eksekutif Wall Street," kata Sukarno.

Selain itu, lanjutnya, investor juga tengah berhati-hati menunggu pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 21-22 September 2021. Diharapkan Fed akan memberikan kejelasan soal rencana tapering.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Annisa Saumi
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper