Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trimegah AM Optimistis IHSG Tembus 6.800 Akhir 2021

Saham-saham yang masuk kategori new economy akan mengubah konstelasi IHSG dalam beberapa tahun ke depan.
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di BEI, Jakarta, Selasa (11/6/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di BEI, Jakarta, Selasa (11/6/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Trimegah Asset Management memasang target tinggi bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga ke level 6.800 pada akhir tahun ini. 

Direktur Utama Trimegah Asset Management Antony Dirga mengatakan IHSG berpotensi melaju hingga level 6.800. Pasalnya, saat ini saham-saham bervaluasi besar cenderung masih terdiskon.

“Kami di Trimegah Asset memiliki pandangan yang cukup konstruktif untuk IHSG di akhir tahun, yaitu level 6.700-6.800. Konsisten dengan ini, kami merekomendasikan nasabah-nasabah kami untuk build position di reksa dana dengan strategi yang lebih agresif seperti reksa dana saham atau campuran,” katanya kepada Bisnis dikutip Sabtu (11/9/2021).

Antony menambahkan saham-saham yang masuk kategori new economy akan mengubah konstelasi IHSG dalam beberapa tahun ke depan. Selain itu, Trimegah AM juga melihat saham-saham big caps juga mulai memiliki valuasi yang menarik.

Maka itu, dia berpendapat reksa dana yang dapat dipertimbangkan adalah TRAM Consumption Plus atau reksa dana saham dengan fokus new economy TRIM Kapital Plus. Reksa dana campuran yang dapat dipertimbangkan adalah Trimegah Balanced Absolute Strategy. “Tentunya disesuaikan dengan profil resiko masing-masing investor,” imbuhnya.

Sebelumnya, Antony mengatakan reksa dana obligasi memiliki sentimentnegatif berupa pemotongan PPh menjadi 10 persen oleh pemerintah.

“Menurut kami, hilangnya tax break ini sebenarnya sehat untuk industri reksa dana dalam jangka panjang. Namun dalam jangka pendek hilangnya tax break ini akan menyebabkan reksa dana obligasi kehilangan competitive advantage-nya,” ungkapnya.

Menurutnya relaksasi PPh bunga obligasi dari 15 persen menjadi 10 persen tersebut dapat mengakibatkan penarikan yang besar dari reksadana obligasi dan menyebabkan turunnya dana kelolaan reksa dana di Tanah Air.

Jika diurutkan, ungkap Antony salah satu dampak terbesar relaksasi PPh tersebut ke pasar obligasi adalah perpindahan tangan pemilik obligasi dari perbankan dan reksadana ke investor ritel ataupun institusi lainnya.

Besar kemungkinan lanjut Antony, dalam jangka pendek net additional demand yang real sebenarnya terbatas. Di mana investor mengalihkan uang yang sebelumnya diperuntukkan untuk konsumsi atau kebutuhan lainnya menjadi investasi obligasi akibat adanya relaksasi ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper