Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah dibuka melemah pada perdagangan hari Jumat (10/9/2021).
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terpantau pada posisi Rp14.255, terdepresiasi 2,5 poin atau 0,02 persen. Sedangkan, indeks dolar AS naik 0,06 persen persen di level 92,537.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah ditutup stagnan di level Rp14.252 per dolar AS pada perdagangan kemarin, Kamis (9/9/2021).
Sementara itu, rupiah berdasarkan kurs Jisdor melemah tipis 0,04 persen ke Rp14.272 per dolar AS.
Sementara itu di Asia, pergerakan mata uang terhadap dolar AS cenderung variatif pada perdagangan hari ini, Jumat (10/9/2021). Won Korea Selatan terpantau melemah 0,24 persen, sedangkan baht Thailand dan dolar Singapura masing-masing terkoreksi 0,12 persen dan 0,1 persen pada awal perdagangan.
Sementara itu, yuan China terpantau melemah 0,01 persen, sementara ringgit Malaysia dan yen Jepang masing-masing terkoreksi 0,01 persen dan 0,05 persen.
Baca Juga
Dolar sebelumnya tergelincir 0,23 persen menjadi 92,47 pada perdagangan Kamis saat imbal hasil obligasi pemerintah turun setelah pemerintah AS melihat permintaan yang kuat untuk penjualan obligasi 30 tahun.
Greenback sebagian besar telah bergerak sejalan dengan imbal hasil obligasi minggu ini. Imbal hasil turun pada Kamis (9/9/2021) setelah Departemen Keuangan menyelesaikan pasokan kupon senilai 120 miliar dolar AS yang dijadwalkan untuk minggu ini.
Investor fokus pada kapan Federal Reserve kemungkinan akan mulai mengurangi pembelian obligasi (tapering) ketika bank sentral menyeimbangkan kenaikan tekanan harga terhadap gambaran ketenagakerjaan yang masih relatif lemah.
Presiden Federal Reserve Chicago Charles Evans pada Kamis (9/9/2021) mengatakan ekonomi AS "belum keluar dari kesulitan," dan bahwa meskipun pertumbuhan ekonomi kuat dan janji vaksin, tantangan tetap ada, termasuk rantai pasokan dan hambatan pasar tenaga kerja.
Sementara itu, Gubernur Fed Michelle Bowman menambahkan suaranya ke semakin banyak pembuat kebijakan yang mengatakan laporan pekerjaan Agustus yang lemah kemungkinan tidak akan membatalkan rencana bank sentral untuk memangkas 120 miliar dolar AS dalam pembelian obligasi bulanannya akhir tahun ini.