Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reksa Dana Saham Kurang Sengatan Emiten Teknologi & Bank Digital

Dari 257 produk reksa dana saham, hanya 65 yang menunjukkan kinerja positif sampai dengan 31 Agustus 2021.
ilustrasi investasi reksa dana
ilustrasi investasi reksa dana

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja reksa dana saham cenderung tertekan akibat tidak memasukkan sektor teknologi atau bank digital ke dalam portofolio.

Berdasarkan data Infovesta, dari 257 produk reksa dana saham hanya 65 yang menunjukkan kinerja positif sampai dengan 31 Agustus 2021. Artinya, mayoritas produk tengah mengalami tekanan kinerja.

Narada Saham Berkah Syariah dan Prospera Syariah Saham menjadi produk yang terkoreksi paling dalam dengan masing-masing minus 44,84 persen dan 29,41 persen.

Head of Capital Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai tertekannya kinerja reksa dana saham akibat tidak memasukkan sektor teknologi dan bank digital. Hal itu yang membuat produk reksa dana saham ketinggalan dibandingkan dengan produk lain.

“Jarang reksa dana yang berani masuk ke sektor tersebut jadinya ketinggalan. Bila ekonomi mulai pulih sektor lain juga akan membaik, kami perkirakan di akhir tahun rata-rata reksa dana saham bisa kembali positif meski kecil,” katanya kepada Bisnis pada Rabu (9/8/2021).

Wawan mengatakan masih banyak perusahaan dalam kedua sektor yang secara profitabilitas masih kecil. Selain itu likuiditas juga terbatas sehingga membuat manajer investasi enggan memasukkan kedua sektor.

Di sisi lain, Wawan mengatakan IHSG mampu bergerak naik oleh sektor teknologi dan bank digital. Pasalnya selama tahun berjalan indeks tersebut telah naik 1,01 persen.

Namun, menurutnya secara fundamental dan likuiditas belum tentu masuk kategori baik karena bila dilihat IDX30 dan LQ45 pun juga negatif.

Sebelumnya, Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan indeks paling cair itu kekurangan dorongan dari sektor teknologi dan bank digital. Dia mengumpamakan IHSG yang secara tahun berjalan sudah naik berkat kedua sektor tersebut.

“Kalau kemarin itu kan IHSG ditopang sama emiten teknologi dan digital bank yang naik tinggi. Sementara LQ45 yang isinya non teknologi dan digital bank ketinggalan,” katanya kepada Bisnis.

Menurutnya, bila regulator memasukan emiten-emiten tersebut ke dalam Indeks LQ45 sejak kemarin ada kemungkinan indeks acuan itu akan menghijau. Di sisi lain, lanjutnya, sektor bank konvensional justru jadi pemberat indeks.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper