Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pandemi Belum Usai, Sektor Ini Bisa jadi Pilihan Untuk Berinvestasi

Investor mesti cermat dalam memilih sektor saat akan berinvestasi saham. Pasalnya, tidak semua bidang usaha akan mencatatkan pertumbuhan yang signifikan.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Investasi pada sektor ekonomi baru (new economy) di pasar saham dapat menjadi pilihan investor di tengah pandemi virus corona yang masih terus berlangsung

Presiden Direktur Schroders Indonesia Michael T. Tjoajadi menerangkan meski dampak pandemi virus corona masih terus terasa hingga saat ini, pihaknya melihat pemulihan ekonomi mulai terjadi pada beberapa wilayah.

“Ekonomi sudah mulai pulih, memang tidak merata. Ada yang sudah naik cukup tinggi, ada juga yang belakangan pemulihannya,” jelasnya dalam diskusi daring Bagaimana Pandemi Mengubah Perilaku Investor Indonesia, Kamis (2/9/2021).

Sejalan dengan hal tersebut, ia melihat potensi kenaikan suku bunga acuan di berbagai negara akan semakin terbuka. Hal ini akan memicu tekanan pada instrumen seperti obligasi yang harganya akan cenderung melemah.

Michael menuturkan investor dapat mencermati pasar saham sebagai instrumen pilihannya. Ia menjelaskan dengan tren pertumbuhan ekonomi saat ini, saham memiliki potensi return yang lebih besar dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya.

Meski demikian, ia juga mengingatkan kepada investor untuk cermat dalam memilih sektor saat akan berinvestasi saham. Pasalnya, tidak semua bidang usaha akan mencatatkan pertumbuhan yang signifikan.

Oleh karena itu, Michael merekomendasikan investor untuk melirik saham-saham pada sektor new economy seperti teknologi, marketplace, bank digital, dan perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan Environmental, Social, and Governance (ESG).

“Dalam 3 sampai 5 tahun, kinerja di pasar saham akan cukup bagus. Berbeda dengan obligasi, kalau suku bunga naik maka harganya akan cukup tertekan,” jelasnya.

Sebelumnya, laporan dari Infovesta Utama menyebutkan, Indonesia telah memasuki era new economy dengan saham-saham berbasis teknologi yang akan bertumbuh pesat hingga tahun 2030. Sehingga, secara jangka panjang, investor dapat mempertimbangkan reksa dana saham berbasis teknologi.

Akan tetapi, memperhatikan toleransi risiko dari masing-masing investor mengingat pergerakan saham-saham di sektor tersebut yang cukup fluktuatif.

Di sisi lain, saham-saham bluechip yang cenderung tertekan sepanjang tahun 2021 mulai menunjukkan kinerja yang lebih baik secara month to date pada 27 Agustus 2021 kinerja LQ45 naik 2,75 persen atau yang tertinggi di antara Kompas 100 dan IDX Sektor teknologi.

Masing-masing sebesar 1,15 persen dan minus 8,25 persen. Hal ini membuat investasi pada reksa dana saham berbasis saham bluechip juga dapat menjadi alternatif investasi lainnya bagi investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper