Bisnis.com, JAKARTA - Sejak Maret 2020, terdapat 107 perusahaan tercatat yang telah merealisasikan pelaksanaan buyback dengan nilai Rp 6,8 triliun. Aksi korporasi itu dipilih karena harga saham dinilai terlalu rendah dan tidak mencerminkan kinerja perusahaan.
Kabar emiten yang makin gencar melakukan buyback demi memoles harga saham menjadi salah satu dari lima berita pilihan Bisnisindonesia.id.
Selain itu, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji di meja redaksi Bisnisindonesia.id.
Berikut ini adalah intisari dari setiap berita pilihan.
1. Emiten Makin Gencar Buyback Demi Poles Harga Saham
Sejumlah emiten memilih melakukan aksi buyback atau pembelian kembali saham. Aksi korporasi itu ditempuh untuk mendongkrak harga saham yang dinilai terlalu rendah, sekaligus sebagai upaya perseroan menyakinkan pasar bahwa fundamental perusahaan cukup baik.
Bursa Efek Indonesia pun mencatat 107 perusahaan yang telah menyelesaikan dan merealisasikan pelaksanaan buyback sejak Maret 2020. Nilai dari aksi korporasi tersebut pun cukup besar. Nilai realisasi sebesar Rp6,8 triliun atau 23 persen dari total nilai rencana buyback sejak diberlakukannya SE OJK No. 3/SEOJK.04/2020 pada tanggal 9 Maret 2020.
2. Investor Reksa Dana Terus Melejit, MI Gencar Beradu Strategi
Pertumbuhan investor pasar modal yang makin pesat tahun ini, terutama di instrumen reksa dana, membuka peluang yang lebih besar bagi manajer investasi untuk mengoptimalkan kinerjanya. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat pertumbuhan jumlah investor reksa dana sampai dengan Juli 2021 melampaui pertumbuhan jumlah investor pada instrumen investasi lain, seperti saham dan surat berharga negara (SBN).
Pada tujuh bulan ini, investor reksa dana mencapai 5,16 juta single investor identification (SID). Jumlah itu telah tumbuh 62,68% year-to-date (YtD) atau jika dibandingkan dengan realisasi hingga akhir tahun 2020 yang sebesar 3,17 juta SID.
Pertumbuhan jumlah investor reksa dana pada tahun ini berpotensi lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya. Adapun, pada 2019 jumlah investor reksa dana naik 78,25%, sedangkan pada 2020 kembali meningkat 78,95%.
Reksa dana menjadi penopang terbesar pertumbuhan total investor pasar modal Indonesia. Hingga Juli 2021, total investor pasar modal Indonesia tumbuh 50,04% menjadi 5,82 juta SID. Adapun, beberapa SID merupakan investor rangkap pada sejumlah instrumen, baik saham, obligasi, maupun reksa dana.
3. Fly Ash Bottom Ash Mulai Digunakan pada Proyek Jalan Tol
Fly ash bottom ash atau limbah padat yang dihasilkan dari proses pembakaran batu bara pada pembangkit listrik tenaga uap berpotensi dimanfaatkan menjadi bahan baku keperluan sektor konstruksi dan infrastruktur, bahkan pertanian.
FABA memiliki sejumlah manfaat dan di banyak negara FABA berpotensi menjadi primadona baru dalam pengembangan industri. Di Indonesia, potensi abu batu bara juga semakin besar. Penelitian yang dilakukannya selama ini menunjukan bahwa FABA setidaknya dapat menghasilkan bahan konstruksi alternatif yaitu menggantikan tanah liat dengan fly ash sebagai bahan pembuatan batu bata merah untuk perusahaan batu bata.
Di beberapa negara, FABA juga telah dimanfaatkan sebagai material konstruksi seperti untuk campuran semen dalam pembangunan jalan, jembatan, dan timbunan, reklamasi bekas tambang, serta untuk sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Bahkan, tingkat pemanfaatannya sudah cukup tinggi, berkisar 44,8 persen hingga 86 persen.
4. Kejar Kemandirian Energi, Pengerjaan Kilang Balikpapan Dikebut
Proses pengerjaan Kilang Balikpapan terus dikebut kendati dihadapkan pada berbagai keterbatasan karena pandemi Covid-19. Jika pada Januari lalu pengerjaan proyek tersebut masih 27,99%, saat ini progresnya sudah mencapai 38,8%.
Direktur Pengembangan PT Kilang Pertamina Balikpapan Djoko Koen Soewito mengatakan pengerjaan proyek Kilang Balikpapan terus mengalami kemajuan setelah tahap pembangunan memasuki unit alkilasi yang dimulai pada akhir pekan lalu.
Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan saat ini mencapai progres untuk pembangunan unit-unit penting bagian dari kilang. Salah satu unit yang saat ini sedang dalam tahap pembangunan adalah Unit Alkilasi proyek RDMP Balikpapan.
Alkylation Reactor (C-065-03) merupakan salah satu equipment penting dalam Unit Alkilasi yang memiliki fungsi utama untuk menghasilkan produk alkylate yang merupakan high-octane blending component. Alkylate tersebut nantinya akan menjadi salah satu input dari proses gasoline blending untuk menghasilkan produk gasoline yang berkualitas tinggi.
5. Baterai Kendaraan Listrik IBC Siap Berlaga di Pasar Dunia
Indonesia digadang-gadang menjadi salah satu produsen baterai kendaraan listrik utama di dunia. Hal itu bukan mustahil untuk diwujudkan karena Indonesia memiliki bahan baku utama pembuatan baterai kendaraan listrik yakni nikel dan kobalt.
Apalagi, Indonesia melalui PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) IBC akan bekerja sama dengan dua pemain besar global baterai kendaraan listrik, yakni konsorsium LG dari Korea Selatan dan konsorsium Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) dari China, untuk membangun industri baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir secara terintegrasi.
Baterai kendaraan listrik yang akan diproduksi perseroan bisa kompetitif di pasar luar negeri. Hal ini karena kerja sama ini akan memberi keunggulan yang kompetitif bagi baterai yang akan diproduksi. Dengan keunggulan di integrasi ini, kami sudah melihat secara keekonomian baterai-baterai kami bisa kompetitif sampai ke pasar Eropa, China, dan Amerika.