Bisnis.com, JAKARTA – PT Mahkota Group Tbk. (MGRO) mengalami banyak perkembangan positif sejak resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2018.
Direktur Utama Mahkota Group Usli Sarsi mengatakan melalui penawaran umum perdana saham atau IPO, MGRO dapat menghimpun dana dari masyarakat yang digunakan untuk mempercepat proses pembangunan pabrik penyulingan (refinery) CPO.
Dalam rentang waktu yang sama, MGRO juga berhasil membangun pabrik kernel crushing plant (KCP) dengan kapasitas produksi 200 ton per hari. Pembangunan pabrik-pabrik tersebut berimbas positif dalam perkembangan perusahaan.
“Peningkatan kami sangat positif baik dari sisi margin maupun pendapatan,” jelasnya dalam wawancara ekslusif dengan Bisnis pada pekan ini.
Dengan perkembangan yang pesat tersebut, Usli mengatakan kini perusahaan juga dapat berekspansi ke hilirisasi produk-produk CPO. Menurutnya, langkah ini akan berimbas positif bagi kinerja MGRO dalam jangka panjang.
Selain itu, Usli menambahkan dampak positif lainnya setelah MGRO resmi melantai adalah semakin terbukanya sumber-sumber pendanaan di pasar modal. Perusahaan kini dapat memanfaatkan instrumen-instrumen pendanaan lainnya selain pinjaman bank.
“Memang belum semuanya kami manfaatkan. Nantinya kalau market capitalization kami sudah cukup besar akan kami pertimbangkan aksi-aksi korporasi seperti penerbitan obligasi atau rights issue,” jelasnya.
Adapun, MGRO telah resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 12 Juli 2018. Kala itu, MGRO menetapkan harga penawaran di level Rp225 dengan dana yang terkumpul sebanyak Rp158,32 triliun.
Baca Juga : Mahkota Group (MGRO) Kebut Penjualan Ekspor CPO |
---|
Berdasarkan laporan keuangan semester I/2021, MGRO mencetak penjualan sebesar Rp2,65 triliun naik 107 persen year-on-year (yoy). Segmen penjualan minyak sawit menjadi kontributor terbesar dengan torehan Rp2,37 triliun atau naik 125 persen yoy.
MGRO tercatat melakukan penjualan lebih dari 10 persen kepada pihak ketiga. Yaitu, PT Agri Ole Pte Ltd., PT Musim Mas, dan PT Intibenua Perkasatama.
Sementara itu, laba bersih yang dapat distribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp1,1 miliar. Jumlah itu berbalik dari posisi rugi bersih Rp33,3 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.