Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis perusahaan tercatat dari keluarga BUMN terpantau tak mampu mengelak dari tekanan pandemi Covid-19 yang terjadi sejak tahun lalu.
Namun, analis masih merekomendasikan saham-saham pelat merah untuk diakumulasikan khususnya dari perusahaan yang memiliki neraca yang kuat dan memiliki sentimen positif.
Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan pemilihan saham tak bisa lepas dari faktor sentimen yang terjadi.
“Kalau untuk sektor emiten-emiten BUMN yang masih menarik dari sisi pertumbuhan sektornya yang kuat kami memilih sektor komoditas dan telekomunikasi,” kata Alfred kepada Bisnis, Sabtu (14/8/2021).
Dia menilai saham sektor komoditas dan telekomunikasi masih memberikan pertumbuhan yang tinggi pada tahun ini sementara tekanan dampak pandemi Covid-19 masih terasa.
Adapun, saham sektor komoditas seperti logam dan batu bara memperlihatkan harga yang masih solid memasuki awal semester II/2021. Alfred menunjukkan performa saham-saham tersebut sejauh ini belum menunjukkan tren pembalikan arah.
Baca Juga
Salah satu penopang kenaikan harga saham komoditas tersebut tak lepas dari penguatan harga komoditasnya, sehingga performa emiten komoditas dari keluarga BUMN seperti ANTM dan PTBA juga terkerek.
Selanjutnya saham sektor telekomunikasi tampil sebagai salah satu winner sector di masa ekonomi tertekan dampak pandemi. Dapat dilihat belanja masyarakat untuk kebutuhan telekomunikasi kian meningkat secara signifikan sejak awal pandemi hingga sekarang. Hal itu pun tercermin pada performa keuangan emiten telekomunikasi pelat merah.
“Selain dari sisi pertumbuhan yang kuat, kami juga melihat beberpa sektor yang berada dalam fase pemulihan seperti sektor perbankan,” imbuh Alfred.
Selain faktor neraca keuangan yang kuat dari tubuh emiten pelat merah, Alfred menyebut sejumlah sentimen juga dapat menggerakkan harga saham.
Sebagai contoh, lanjut Alfred, saham pelat merah sektor konstruksi memang mengalami tekanan performa keuangan di masa pandemi namun saham-saham BUMN Karya masih memiliki sentimen pemulihan.
Komitmen pemerintah sebagai pemegang saham serta program pembangunan pemerintah disebut menjadi momentum yang bagus untuk memberikan sentimen positif bagi pemulihan harga saham BUMN Karya.
“Selain itu, juga masih banyak BUMN kita yang memiliki neraca yang kuat dan sedang mengalami proses transformasi yang berimplikasi pada perbaikan fundamental yang signifkan seperti KRAS,” tutur Alfred.
Di sisi lain, emiten BUMN seperti PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. yang memiliki neraca keuangan berat tentunya bakal sulit terangkat harga sahamnya.
Dengan demikian, investor bisa melihat faktor neraca yang kuat, pertumbuhan laba yang solid, ditambah potensi dividen yang besar sebelum mengoleksi saham BUMN. Alfred menyebut faktor-faktor itu sebenarnya dimiliki beberapa emiten BUMN.
Alfred pun merekomendasikan sejumlah saham BUMN berikut untuk dapat dicermati:
ANTM TP : Rp2930 ~ PE’21 sebesar 28x
PTBA TP: Rp2.800 ~ PE’21 sebesar 10X
TLKM TP: Rp4.200 ~ PE’21 sebesar 18x
Selain dari sisi pertumbuhan yang kuat, Alfred juga melihat beberpa sektor yang berada dalam fase pemulihan seperti bank BUMN, KRAS dan PGAS berikut:
BMRI TP : Rp7.300 ~ PBV’21 sebesar 1,8x
BBNI TP: Rp7.150 ~ PBV’21 sebesar 1,2X
KRAS TP: Rp840 ~ PE’21 sebesar 15x
PGAS TP: Rp1.480 ~ PE’21 sebesar 10x