Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Dibuka Melemah Setelah Sentuh Rekor Tertinggi

Investor terus mengevaluasi implikasi dari kemungkinan pengumuman pengurangan stimulus bank sentral AS, Federal Reserve di bulan-bulan mendatang, penyebaran varian virus delta dan tindakan keras China.
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) akhirnya harus jatuh pada pembukaan perdagangan Kamis (12/8/2021) waktu setempat setelah belakangan ini indeks utamanya sempat menyentuh beberapa kali rekor tertinggi.

Berdasarkan data Bloomberg, pada 20.30 WIB, indeks Dow Jones Industrial Average dibuka melemah 0,03 persen menjadi di level 35.472,73, sementara S&P 500 turun 0,10 persen menjadi 4.443,27, sedangkan Nasdaq tergelincir 0,15 persen menjadi 14.742,75.

Di sisi lain, harga tembaga naik pada Kamis setelah pemogokan di Chili mengancam akan memperketat pasokan global. Saham pertambangan membebani Indeks Stoxx Europe 600.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS terpantau mengalami kerugian setelah rilis data aplikasi untuk tunjangan pengangguran negara bagian AS turun untuk minggu ketiga berturut-turut.

Investor terus mengevaluasi implikasi dari kemungkinan pengumuman pengurangan stimulus bank sentral AS, Federal Reserve di bulan-bulan mendatang, penyebaran varian virus delta dan tindakan keras China.

Saham global naik sekitar 90 persen sejak titik nadir pandemi pada Maret 2020, memicu pertanyaan tentang seberapa jauh mereka bisa naik.

Sementara itu, angka inflasi AS yang dirilis Rabu (11/8/2021) menunjukkan bank sentral mungkin mengambil jalan yang lebih lambat menuju normalisasi. Presiden Fed Kansas City Esther George mengatakan perlu bergerak maju dengan mengurangi stimulus moneter.

Ada banyak hal yang dibaca dari bulan ke bulan, tetapi satu bulan tidak membuat tren," katya Jeanette Garretty, kepala ekonom di Robertson Stephens Wealth Management kepada Bloomberg TV. Ia mengacu pada data inflasi AS.

Pada bagian lain, sebagian besar pasar saham Asia jatuh setelah China merilis rencana lima tahun yang menyerukan regulasi bisnis yang lebih besar karena Beijing meningkatkan pengawasan platform teknologi asuransi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper