Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak merosot lebih dari dua persen pada akhir perdagangan Kamis (15/7/2021) di Asia, setelah produsen-produsen minyak utama global berkompromi tentang pasokan dan setelah data AS menunjukkan permintaan sedikit melambat dalam minggu terakhir.
Adapun, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terpangkas US$1,73 atau 2,26 persen, menjadi ditutup pada US$74,76 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus merosot US$2,12 atau 2,82 persen, menjadi menetap di US$73,13 per barel.
Harga minyak mentah telah melonjak ke level tertinggi yang tidak terlihat dalam hampir tiga tahun, tetapi akhir-akhir ini telah bergejolak di tengah kekhawatiran tentang kenaikan pasokan.
Premi minyak mentah berjangka Brent terhadap minyak mentah berjangka West Texas Intermediate melebar ke level tertinggi sejak 6 Juli, menurut data Refinitiv Eikon. Harga acuan minyak AS turun lebih tajam karena kekhawatiran permintaan.
Harga minyak awalnya turun setelah Reuters melaporkan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mencapai kompromi yang akan membuka kesepakatan OPEC+ untuk meningkatkan pasokan minyak global saat dunia pulih dari pandemi virus Corona.
Harga acuan turun lebih lanjut setelah data pemerintah AS menunjukkan permintaan bensin menurun jauh minggu lalu. Sementara Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan stok minyak mentah turun lebih besar dari yang diperkirakan, dalam penarikan kedelapan hari berturut-turut, penarikan itu dibayangi oleh permintaan bensin yang tertinggal.
Baca Juga
"Penurunan signifikan dalam permintaan bensin dan solar telah menekan harga, meskipun persediaan minyak mentah terus menurun," kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston.
Stok bahan bakar AS lebih tinggi, bahkan saat operasi kilang berkurang. Stok bensin naik satu juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi penurunan 1,8 juta barel.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, telah berselisih mengenai peningkatan pasokan karena permintaan dari Uni Emirat Arab bahwa kontribusinya terhadap pengurangan pasokan dihitung dari tingkat produksi yang lebih tinggi.
Perjanjian itu sekarang harus membuka jalan bagi anggota OPEC+ untuk memperpanjang kesepakatan guna mengekang produksi hingga akhir 2022, sumber menambahkan, meskipun kementerian energi UEA mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tidak ada kesepakatan dengan OPEC+ yang berlaku dan musyawarah telah tercapai.
Juga menambah kelebihan pasokan potensial adalah minyak mentah dari Iran, kata Bill Farren-Price, direktur di Enverus. Untuk keseimbangan pasar, dua yang penting adalah waktu kesepakatan antara Iran dan kekuatan Barat, yang dapat menyebabkan peningkatan ekspor minyak, dan pasokan yang datang dari AS, katanya.
“Anda memperkirakan Iran datang kembali dengan kekuatan tertinggi, tetapi waktunya adalah sebuah pertanyaan.”