Bisnis.com, JAKARTA - Dolar menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), setelah libur panjang akhir pekan Hari Kemerdekaan AS, karena para pedagang memposisikan diri mereka menjelang rilis risalah dari pertemuan penting Juni Federal Reserve AS.
Pelaku pasar akan mencari petunjuk kapan Fed mulai mengurangi pembelian obligasi akibat pandemi di tengah pemulihan ekonomi, ketika risalah pertemuan Juni diterbitkan pada Rabu waktu setempat.
"Investor bersiap untuk kemungkinan putaran hawkish dari risalah pertemuan ini dan itu akan memberikan beberapa kenaikan untuk dolar," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik 0,37 persen pada 92,5490.
Pergerakan greenback terjadi bahkan ketika imbal hasil obligasi pemerintah AS turun setelah data mengisyaratkan bahwa pertumbuhan di sektor jasa-jasa telah melambat, dengan obligasi pemerintah AS bertenor 10-tahun di jalur untuk penurunan beruntun terpanjang dalam 16 bulan.
Data dari Institute of Supply Management (ISM) menunjukkan bahwa aktivitas industri jasa-jasa AS melambat pada Juni, kemungkinan tertahan oleh kekurangan tenaga kerja dan bahan baku, sehingga pekerjaan yang belum selesai terus menumpuk. Ukuran survei ISM dari pekerjaan jasa-jasa jatuh ke angka 49,3 pada Juni dari 55,3 pada Mei.
Itu mengikuti laporan ketenagakerjaan AS yang beragam pada Jumat (2/7/2021), yang menyebabkan dolar mundur dari level tertinggi tiga bulan.
"Meskipun perkembangan ekonomi AS, sejauh statistik berjalan, tidak akan mendorong Fed untuk menaikkan suku bunga lebih cepat, Anda masih di depan dan jauh di depan apa yang terjadi di pesaingnya," kata Joseph Trevisani, analis senior di FXStreet.com.
Data mengecewakan dari Eropa mengirim euro menuju level terendah tiga bulan terhadap dolar.
Sentimen investor di Jerman, ekonomi terbesar zona euro, tetap pada level tinggi tetapi turun tajam pada Juli, lembaga penelitian ekonomi ZEW melaporkan, sementara data menunjukkan pesanan untuk barang-barang buatan Jerman mencatat penurunan paling tajam pada Mei sejak penguncian pertama pada 2020.
Data tersebut melemahkan euro, yang turun 0,37 persen pada 1,18235 dolar terhadap greenback. Euro jatuh ke level terendah awal April di 1,1807 dolar minggu lalu.
Pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) sedang memperdebatkan strategi baru, dengan banyak yang sekarang mendukung gagasan membiarkan inflasi melampaui 2,0 persen untuk sementara waktu setelah tertinggal di bawah level itu selama sebagian besar dekade terakhir.
Sterling melemah 0,34 persen terhadap dolar pada 1,38005 dolar setelah mencapai tertinggi satu minggu di 1,3888 dolar, dengan pasar menantikan Inggris menjadi negara besar pertama yang secara resmi mulai hidup dengan virus corona dengan mencabut pembatasan terkait COVID dalam waktu dua minggu. .
Dolar Selandia Baru turun 0,27 persen menjadi 0,70135 dolar AS, menghapus kenaikan yang dibuat pada hari sebelumnya karena para pedagang bertaruh kenaikan suku bunga bisa terjadi pada awal November menyusul survei kondisi bisnis yang sangat kuat.
Aussie merosot 0,38 persen menjadi 0,74965 dolar AS, setelah melonjak sebanyak 1,2 persen sebelumnya ketika bank sentral Australia, Reserve Bank of Australia/RBA, memangkas pembelian obligasi dan mengubah prospek suku bunganya untuk membuka peluang bagi kemungkinan kenaikan sebelum 2024.
Keputusan itu menempatkan RBA di klub bank sentral yang mundur dari stimulus era pandemi besar-besaran.