Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memprediksi lelang Surat Utang Negara (SUN) pada hari ini, Selasa (6/7/2021) akan mengalami peningkatan tipis dari lelang dua minggu sebelumnya.
VP Economist PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede menyebutkan hal tersebut tidak lepas dari ekspektasi investor bahwa Federal Reserve belum akan melakukan tapering dalam waktu dekat sejalan dengan data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang dirilis minggu lalu belum menunjukkan pemulihan sepenuhnya.
"Sentimen tersebut diperkirakan akan mendominasi perkembangan pasar sekunder SUN mengingat pasar keuangan AS yang tutup pada 4-5 Juli ini," ujarnya saat dihubungi Bisnis, Senin (5/7/2021).
Berdasarkan catatan Bisnis dari data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, dua minggu lalu tepatnya 22 Juni 2021, pemerintah mendapatkan penawaran lelang SUN sebesar Rp69,95 triliun, dan memenangkan Rp30 triliun.
Angka tersebut mengakhiri tren kenaikan penawaran lelang SUN yang mulai terjadi secara berturut-turut dari bulan April 2021 hingga awal Juni 2021.
Sepanjang tahun berjalan, penawaran lelang SUN tertinggi terjadi pada awal tahun yaitu 5 Januari 2021 sebesar Rp97,17 triliun yang dimenangkan pemerintah sebanyak Rp41 triliun.
Baca Juga
Kemudian di urutan kedua terjadi pada bulan berikutnya yaitu 2 Februari 2021 dengan jumlah penawaran sebesar Rp83,79 triliun dan dimenangkan sebanyak Rp35 triliun. Lalu di urutan ketiga penawaran lelang tertinggi terjadi pada 8 Juni 2021 dengan jumlah Rp78,45 triliun dan dimenangkan Rp34 triliun.
Di sisi lain, sepanjang tahun ini penawaran terendah terjadi pada 30 Maret 2021 yaitu sebanyak Rp33,95 triliun yang dimenangkan senilai Rp4,75 triliun. Sepanjang tahun ini, pemerintah telah melakukan 12 kali lelang SUN.
Sementara untuk hari ini, Josua memperkirakan penawaran lelang SUN yang masuk sekitar Rp65 triliun hingga Rp75 triliun. DJPPR sendiri akan menawarkan 7 seri SUN, 3 diantaranya merupakan SUN baru. Pemerintah lalu menargetkan dana indikatif sebesar Rp33 triliun dan target maksimal hingga Rp49,5 triliun.
Mengenai kenaikan target indikatif untuk esok hari, Josua mengungkapkan hal tersebut dipengaruhi oleh momentum awal kuartal III/2021. Menurutnya hal tersebut mempertimbangkan target penerbitan SBN yang meningkat sejalan dengan kebutuhan pembiayaan belanja negara yang cenderung meningkat.
“Hal tersebut mengingat pemerintah juga melakukan relokasi anggaran PEN [Pemulihan Ekonomi Nasional] terindikasi dari alokasi anggaran kesehatan dan perlindungan sosial yang meningkat merespon pemberlakuan PPKM Darurat,” papar Josua.