Bisnis.com, JAKARTA - Minat investor terhadap reksa dana pendapatan tetap diproyeksi meningkat pada paruh kedua tahun ini seiring kinerja pasar obligasi yang bakal moncer jelang akhir tahun.
Berdasarkan data Infovesta Utama, unit penyertaan reksa dana pendapatan tetap sepanjang tahun berjalan hingga akhir Mei 2021 terpantau meningkat sekitar 6,65 persen atau 5,48 miliar unit menjadi 87,92 juta unit dari posisi 82,43 juta unit per akhir Desember 2020.
Di sisi lain, dalam periode yang sama dana kelolaan atau asset under management (AUM) reksa dana pendapatan tetap juga turut meningkat, dari sekitar Rp129 triliun di akhir Desember 2020 menjadi sekitar Rp132 triliun di akhir Mei 2021.
Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan realisasi tersebut mencerminkan bahwa minat terhadap reksa dana pendapatan tetap masih tinggi meskipun imbal hasil reksa dana pendapatan tetap di paruh pertama tahun ini tak terlalu bersinar.
“Jadi tetap ada peningkatan subs [pembelian] di saat kinerjanya cenderung stagnan,” tutur Wawan saat dihubungi Bisnis, Senin (5/7/2021).
Dia memperkirakan, minat investor akan semakin besar di paruh kedua tahun ini. Apalagi kinerja reksa dana pendapatan tetap bakal terus menanjak seiring pudarnya sentimen negatif di pasar obligasi.
Baca Juga
Di sisi lain, daya tarik produk berbasis obligasi juga semakin tinggi akibat pasar saham yang masih diterpa volatilitas tak berkesudahan. Bahkan, dia memproyeksi reksa dana pendapatan tetap akan kembali jadi jawara tahun ini meski tak setinggi tahun lalu.
Wawan menuturkan, reksa dana pendapatan tetap memang sempat terseok di awal semester I/2021, tapi dia meyakini reksa dana pendapatan tetap masih on track untuk mencetak imbal hasil sesuai prediksi awal tahun yakni 7 persen secara tahunan.
“Kalau lihat data makro hari ini, inflasi kita masih rendah sekali. Bulan Juni malah deflasi secara year on year. Kalau begitu suku bunga bisa turun lagi, yield turun lagi, dan harga obligasi akan naik,” tuturnya.
Wawan menilai level yield wajar untuk Indonesia saat ini ada di kisaran 6 persen sehingga ruang untuk penguatan yield masih sangat terbuka dan harga obligasi juga masih berpeluang menguat.
Adapun, mengenai risiko sentimen dari pasar AS yakni taper tantrum, dia memperkirakan The Fed tak akan melakukan tapering dalam tahun ini dan paling cepat awal tahun depan sehingga pasar obligasi masih sangat menarik hingga kahir tahun.