Bisnis.com, JAKARTA – PT Archi Indonesia Tbk. (ARCI) resmi mencatatkan saham atau listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini, Senin (28/6/2021).
Archi melepas sebanyak 3,72 miliar saham yang mewakili sebanyak 15 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor perseroan setelah Penawaran Umum Perdana (initial public offering/IPO) saham dengan harga Rp750 per saham. Sehingga, perseroan meraup dana segar maksimal Rp2,79 triliun.
Hingga pukul 09.20 WIB, harga saham ARCI terpantau berada di posisi Rp785. Adapun, rentang pergerakan harga saham ARCI berada di kisaran Rp745 - Rp850.
Nilai turnover transaksi ARCI hingga saat ini tercatat sebanyak Rp133,54 miliar dengan rerata harga Rp790,30 dan kapitalisasi pasar sebanyak Rp19,5 triliiun.
Sebelumnya, manajemen ARCI telah mengumumkan rencana bisnisnya untuk mendorong eksplorasi tambang baru.
"Archi sendiri memiliki rencana untuk melakukan ekspansi bisnis antara lain dengan mendorong kegiatan eksplorasi tambang demi menemukan cadangan baru," ungkap manajemen dalam keterbukaan informasi, Minggu (27/6/2021) kemarin.
Baca Juga
Saat ini Archi baru melakukan eksplorasi dan penambangan kurang dari sekitar 10 persen dari wilayah konsesi yang memiliki total luas keseluruhan sekitar 40.000 hektar.
Archi juga berencana menggandakan kapasitas pabrik pengolahan dalam lima tahun ke depan. Untuk keperluan ekspansi bisnis tersebut dan belanja modal lainnya, Archi telah siap dengan kas internal perusahaan untuk belanja modal sebesar kurang lebih Rp1,2 triliun pada 2021.
Dengan adanya dana segar tambahan yang akan diperoleh dari IPO ini, sebagian besar, yakni sebesar Rp850 miliar, akan digunakan untuk pembayaran lebih awal atas pokok pinjaman yang masih akan jatuh tempo pada 2025, serta sisanya untuk peningkatan kegiatan operasional dan modal kerja umum.
Archi Indonesia telah secara resmi menyelesaikan masa penawaran umum perdana saham dengan kode emiten ARCI, pada Kamis, 24 Juni 2021 lalu, dan berhasil mencatatkan hasil yang memuaskan.
Jumlah pemesanan yang masuk baik selama masa bookbuilding maupun offering period, jauh melebihi daripada jumlah saham yang ditawarkan ke pasar (oversubscribed).